“kemudian kunci akan terbuka dan tas dapat diakses oleh pengguna secara mudah dan aman tentunya,” jelas Intan.
Selama penelitian, pihakya menemukan banyak kendala teknis.
Baca: Boruto Episode 136 Sub Indonesia, Rilis Hari Ini: Permintaan Khusus Jiraiya ke Sasuke saat Berpisah
Baca: Viral Penumpang Pesawat Bawa Kuda di Kabin Ekonomi, Disebut Hoaks, Ternyata Begini Penjelasannya
Menurutnya, teknologi yang dibuat oleh timnya memang terbilang orisinil sehingga harus sangat banyak mengalami trial and error ketika diimplementasikan.
Selain itu, timnya juga cukup kesulitan saat mengintegrasikan segala komponen elektrik dan mekanik pada tas yang notabenenya berbahan kain lunak.
“Jadi teknologinya harus kokoh, kedap air, tahan guncangan,” ujar Marchio.
“Tapi tas juga harus tetap elastis dan ringan,” ungkapnya yang mengaku sampai sekarang masih menemukan kendala teknik.
Baca: Thomasin McKenzie
Baca: Anak Pedagang Sayur Berhasil Kuliah di AS, Ibunya Dapat Penghargaan Orangtua Hebat dari Kemendikbud
Tas ciptaannya tersebut dibawa ke ajang Global Capsone Design Fair: Engineering Education Festival (E2Festa) 2019, akhir November lalu.
Keduanya bergabung bersama tim dari Chonbuk National University Korea.
Dalam ajang tersebut, keduanya meraih Excellence Award Winner atau setara dengan predikat Runner Up.
Marchio mengungkapkan, timnya merupakan tim delegasi dari Hub of Innovation Chonbuk National University.
Timnya terpilih menjadi salah satu delegasi dikarenakan pernah meraih predikat Grand Prize Award di ajang perlombaan sebelumnya.
Yaitu Student Joint Capstone Design Project (i-CAPS) 2019 di Daejeon, Korea Selatan, Agustus 2019.
“Untuk mengikuti perlombaan ini, persiapan kami cukup panjang, sejak Januari 2019,” tuturnya.
(TRIBUNNEWSWIKI.COM/Saradita/Sonora.id)