Pemilik Galeri Perrotin Sempat Kesal
Emmanuel Perrotin selaku pemilik Galeri Perrotin ketika mendengar bahwa pisang senilai Rp 1,6 M dimakan oleh seniman lainnya.
Dilaporkan Miami Herald, dirinya sempat kesal dan segera bergegas ke lokasi pameran.
Seorang pengunjung kemudian berusaha menghiburnya dengan memberikan pisang yang ia bawa sendiri.
Perrotin dan asisten Galeri Art Basel menempel kembali pisang yang baru pada pukul 2 malam waktu setempat.
Pisang Dilakban di Dinding
Sebelumnya, sebuah karya seni "pisang dilakban di dinding" resmi terjual seharga $120.000 atau setara dengan Rp 1,6 miliar dalam sebuah lelang karya seni.
Karya seni berupa pisang yang dilakban di dinding ini dipamerkan di Miami's Art Basel pada minggu ini dan sempat menjadi perbincangan hangat di kalangan seniman.
Dua dari tiga edisi karya seni lainnya telah terjual di Galeri Perrotin (didirikan oleh seniman Emmanuel Perrotin), sebuah galeri seni kontemporer di Paris, Prancis.
Sementara satu yang lainnya dihargai sebesar $150.000 (Rp 2,1 miliar), seperti dilansir oleh CBS News, Jumat, (6/12/2019).
Karya kontroversial ini dinamai "The Comedian".
Karya "The Comedian" dibuat oleh seniman Maurizio Cattelan, seorang seniman asal Italia yang namanya dikenal oleh pecinta seni di seluruh dunia pada tahun 2017 berkat karyanya yaitu kloset duduk bertahtakan emas 18 karat bernama "America".
Namun, sayangnya karya megah toilet emas seharga $6 juta atau (Rp 84,143 miliar) itu dicuri dari Istana Blenheim di Inggris.
Komentar Pemilik Galeri Seni
Sang pemilik galeri seni, Emmanuel Perrotin menyebut bahwa karya Maurizio bukanlah tentang suatu objek, melainkan bagaimana objek-objek ini menggerakkan dunia.
Ia menambahkan bahwa karya seni Maurizio sering membuat penikmat seni penasaran bagaimana sebuah nilai dapat terbentuk dalam sebuah benda.
Emmanuel Perrotin menambahkan, "karyanya ini menjadi bagian dari pekerjaannya, layaknya pisang".
Kritikan
Beberapa kritikus seni muncul untuk mengomentari karya seni ini.
Sebagian mengungkapkan bahwa karya seni "pisang dilakban di dinding" ini sebagai representasi sempurna dari dunia seni yang sedang mengalami kesenjangan finansial.