Komentar Sosiolog
Sosiolog asal Cina, Sandy To menilai perempuan berpendidikan tinggi semakin sulit menemukan calon pasangan lantaran praktik "diskriminasi".
Menurutnya Sandy kaum pria biasanya "kesulitan menerima calon pasangannya yang memiliki pencapaian ekonomi dan akademik yang lebih tinggi."
Xiaohunzhu meyakini figur ayah tidak dibutuhkan dalam keluarga.
"Kenapa semua orang selalu berpikir anak akan bertanya 'kenapa saya tidak punya ayah?'," katanya.
Baca: Kisah Azura Mangunhardjono, Wanita Indonesia yang Jadi Buronan karena Tipu Para Sosialita Hong Kong
Nilai Pasar Pembuahan Artifisial
Analis memperkirakan nilai pasar layanan pembuahan artifisial di Cina akan mencapai USD 1,5 miliar pada 2022.
Angka ini adalah dua kali lipat dibandingkan tahun 2016.
Bank Sperma Denmark, Cyros International, bahkan membuka layanan khusus untuk konsumen Cina, lengkap dengan staf penutur Mandarin.
Bank sperma internasional biasanya akan menawarkan sejumlah detail pemberi donor, seperti warna rambut, foto masa kecil dan latar belakang etnis.
"Jika Anda memilih donor, spermanya menjadi komoditas," kata Carrie, ibu berusia 35 tahun yang membesarkan anaknya tanpa suami.
Carrie menilai bank sperma asing lebih mampu "memenuhi kebutuhan konsumen" daripada bank-bank lokal.
Baca: Lirik Lagu Fine Today oleh Ardhito Pramono, Soundtrack Film NKCTHI yang Tayang 2 Januari 2020
Kebutuhan tersebut adalah memahami keinginan konsumen untuk memperbaiki keturunan.
"Perempuan Cina biasanya memilih donor kulit putih," kata Peter Reeslev, Direktur Cyros International.
Hal ini diamini oleh pelaku pasar di Cina sendiri. Xi Hao, koordinator sebuah klinik di Beijing yang membantu perempuan Cina mengakses klinik di California mengakui "pemberi donor yang dipilih kebanyakan pria kulit putih."
Tapi Xiaohunzhu punya alasan lain memilih donor berdarah Prancis untuk anak pertamanya.
"Saya pribadi tidak peduli pada warna kulit," kata dia.
"Saya hanya peduli kedua matanya berukuran besar dan berwajah tampan."ungkapnya.
(TRIBUNNEWSWIKI.COM/Dinar Fitra Maghiszha) via Deutsche Welle