TRIBUNNEWSWIKI.COM - Dukung perubahan kurikulum baru, Kak Seto berkomentar : nilai matematika saya paling tinggi 4, alhamdulillah masih hidup.
Kak Seto yang memberikan dukungan untuk perubahan kurikulum baru menyebut bahwa dirinya dulu mendapat nilai matematika paling tinggi empat.
Ketua Lembaga Perlindungan Anak Indonesia (LPAI) Seto Mulyadi atau yang sering disapa Kak Seto menyoroti sistem pendidikan di Indonesia yang dinilai terlalu membebani anak.
Menurutnya, sistem pendidikan formal belum menghargai potensi anak di bidang yang berbeda.
Kak Seto juga menyebut bahwa dirinya mendukung perubahan kurikulum pendidikan di bawah kepemimpian Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Nadiem Makarim.
Baca: Ini Pesan dari Mendikbud Nadiem Makarim untuk Pemuda Indonesia saat Upacara Peringatan Sumpah Pemuda
Baca: Kerap Soroti Menteri Jokowi, Rocky Gerung Belum Kritik Nadiem Makarim, Ternyata Ini Alasannya
Meski demikian ia mengatakan bahwa kurikulum baru harus bisa menghargai setiap potensi dan dinamika yang dimiliki oleh maisng-masing anak.
Tidak melulu menjajal anak dengan pengetahuan akademik.
Kak Seto pun menyinggung tentang nilai mata pelajarannya saat masih duduk di bangku sekolah dulu.
"Saya dulu matematika paling tinggi dapat empat. Alhamdulillah masih hidup karena disalurkan matematika itu jadi nyanyi, olahraga, bela diri, dan sebagainya," kata Kak Seto di Mapolres Metro Jakarta Utara, Rabu (4/12/2019) dikutip TribunnewsWiki dari Kompas.com.
Kak Seto mengatakan kurikulum yang ada saat ini sangat membebani anak-anak sebagai siswa.
Mereka harus banyak buku ke sekolah, jam pelajaran yang begitu panjang, pekerjaan rumah (PR) hingga bimbingan belajar.
Hal tersebut akhirnya membuat siswa stres dan menganggap hari tidak bersekolah adalah hari yang menyenangkan.
Kak Seto lantas berharap stigma itu bisa berumah di kepemimpinan mantan bos Gojek tersebut.
"Kami dukung kurikulum untuk anak, bukan anak untuk kurikulum. Sekolah untuk anak bukan anak untuk sekolah," ucap Kak Seto.
Kak Seto meminta agar Mendikbud bisa membuat kurikulum baru yang nantinya bisa menilik setiap potensi dan dinamika masing-masing anak.
Kurikulum yang baru diharapkan tidak melulu soal kemampuan akademik.
Kurikulum yang baru juga diharapkannya bisa lebih manusiawi, bukan soal berapa lama waktu belajar dan bukan soal seberapa berat tas anak sekolah terisi dengan buku.
Kak Seto menyoroti kurikulum yang ada saat ini yang menurut dia memicu terjadinya tawuran sebagai saran hiburan.
Hal tersebut seperti yang telah terjadi di Sunter Jaya, Tanjung Priok, Jakarat Utara pada 24 November 2019 lalu.
"Anak jaman sekarang sekolah bawa koper, buku seabrek-abrek. Pulang-pulang masih banyak PR, akhirnya teler," kata Kak Seto.
Baca: Bermodal Selembar Kertas, Nadiem Presentasi di Depan Komisi X: Saya Tidak Punya Visi Misi Sendiri