Dresden - Sebuah Kota di Jerman Serukan Darurat 'Nazi'

Menguatnya kelompok sayap kanan di Dresden, Jerman membuat politikus dari partai kiri, Die mengumumkan mosi darurat "Nazi".


zoom-inlihat foto
nddfffff.jpg
welt.de
Unjuk rasa dari kelompok anti-Islam bernama PEGIDA di Dresden, Jerman.


TRIBUNNEWSWIKI.COM - Sebuah kota di bagian timur Jerman mengumumkan status "darurat Nazi" setelah mengakui kewalahan dalam menangani perkembangan kelompok sayap kanan.

Dresden, ibu kota Region Saxony, sudah sejak lama dipandang sebagai benteng bagi kelompok berideologi sayap kanan, serta lokasi lahirnya pergerakan anti-Islam Pegida.

Dewan penasihat kota Jerman yang masuk dalam kandidat Ibu Kota Kebudayaan Eropa 2025, kini menelurkan resolusi bahwa butuh upaya ekstra untuk menangkal isu tersebut.

Baca: Tulis Istilah Bilateral Hanya buat Negara, Fahri Hamzah Diminta Belajar Lagi Bahasa Indonesia

Baca: Polantas yang Hentikan Ambulans karena Bunyi Sirene Dinonaktifkan: Begini Nasibnya Sekarang

Baca: Aksi Pencopotan Foto Presiden Prancis Emmanuel Macron Dibawa ke Pengadilan. Sejauh Mana Hukumnya?

Menguatnya Politik Sayap Kanan

Pemerintah kota memutuskan membuat resolusi berbekal usulan dari Max Aschenbach, anggota partai politik sayap kiri, Partai Die.

"Nazinotstand mempunyai arti bahwa kami mempunyai masalah serius."

"Masyarakat demokratik dengan keterbukaan sedang terancam," dikutip Tribunnewswiki.com dari BBC, Senin (4/11/2019).

Aschenbach mengatakan, dia meyakini otoritas harus mengesahkan resolusi tersebut karena menurutnya, pemerintah tak memiliki langkah cepat untuk menangani sayap kanan.

"Usulan itu adalah bagian dari perubahan."

"Selain itu, saya ingin melihat seperti apa politisi yang duduk di desan Dresden," katanya.

Resolusi itu mengakui bahwa sikap dan tindakan ekstremis sayap kanan makin sering terjadi, dan perlunya melindungi minoritas dan memperkuat demokrasi.

Aschenbach menyatakan dengan mengadopsi peraturan itu, maka mereka berkomitmen untuk menegakan masyarakat demokrasi, bebas, liberal, dan menentang segala hal tentang Nazi.

Max Aschenbach, politikus dari partai sayap kiri di kota Dresden.
Max Aschenbach, politikus dari partai sayap kiri di kota Dresden. (www.tag24.de)

Pernyataan Darurat Nazi

Resolusi yang diusulkan Aschenbach lolos dalam pemungutan suara dewan Dresden dengan perolehan 39 berbanding 29 Rabu malam (30/10/2019).

Partai penguasa Demokratik Kristen (CDU) merupakan salah satu yang menentang.

"Dari sudut pandang kami, ini jelas provokasi," kata Ketua CDU, Jan Donhauser.

Dia berpandangan, keadaan darurat baru bisa diberlakukan jika terjadi ancaman atau bahkan keruntuhan pada sumber ketertiban masyarakat.

Donhauser menerangkan terlalu fokus kepada sayap kanan tidak bijak, karena Jerman menjunjung tatanan liberal yang tidak menampilkan kekerasan.

Baca: SOSOK Claudia Emmanuella yang Sukses di The Voice Jerman: Asal Cirebon dan Sudah Nyanyi Sejak Balita

Baca: Tugas Berat Aji Santoso, Tukangi Persebaya Surabaya Tanpa Suporter hingga Akhir Musim Liga 1 2019

Baca: Islamic State (IS) Klaim Bertanggungjawab atas Serangan yang Menewaskan 49 Tentara Mali & 1 Prancis

"Selain itu, kebanyakan dari warga kota Dresden bukanlah kelompok sayap kanan atau pun menentang demokrasi," tambah Donhauser.

Profesor politik Jerman Kai Arzheimer menuturkan mungkin dampak dari resolusi tersebut adalah simbolis.

Tetapi, bisa juga kota menggelontotkan uang memerangi ekstremisme.

"Saya tidak berpikir bahwa ada kota lain di Jerman yang mengumumkan darurat Nazi."

"Resolusi melawan ekstremis sayap kanan bagaimana pun bukan lah kelaziman," paparnya.

Anggota kelompok Pegida, berunjuk rasa menentang kebijakan pemerintah Jerman yang membuka keran imigrasi.
Anggota kelompok Pegida, berunjuk rasa menentang kebijakan pemerintah Jerman yang membuka keran imigrasi. (BBC)

Aschenbach, yang mengajukan mosi darurat Nazi tersebut mengatakan bahwa langkah tersebut hanya tindakan simbolis dan tak akan punya konsekuensi hukum.

Tapi mosi itu dianggap tetap berfungsi untuk menyoroti ancaman yang mungkin ditimbulkan oleh kelompok sayap kanan di Dresden.

Baca: Manchester United Masih Jeblok, Inilah Tujuh Kandidat Pengganti Pelatih Ole Gunnar Solskajer

Baca: BJ Habibie Meninggal Dunia, Ini Profil Lengkapnya: Di Jerman Jadi Direktur MBB Hamburg

Baca: Bikin Geger Warga Indonesia, Inilah Kontool, Startup Jerman yang Sedang Viral

Dresden adalah tempat gerakan Pegida (kelompok anti-Islam dan keberadaan muslim di Eropa) tumbuh.

Gerakan ini muncul pertama kali pada 2013 dan sampai saat ini demonstrasi rutin masih diadakan di kota tersebut.

Sentimen anti-imigran memuncak di negara bagian Saxony, dengan Dresden yang menjadi ibu kotanya.

"Selama bertahun-tahun, para politisi telah gagal memosisikan diri dengan jelas dan tegas terhadap ekstrimis sayap kanan dan melarang mereka," kata Aschenbach.

Dia menambahkan bahwa dia menginginkan dewan kota Dresden untuk mendukung inisiatif warga, pendidikan, dan budaya di kota tersebut.

(Tribunnewswiki.com/Haris)





Penulis: Haris Chaebar
BERITATERKAIT
Ikuti kami di
KOMENTAR

ARTIKEL TERKINI

Artikel POPULER

© 2025 tribunnnewswiki.com,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved