TRIBUNNEWSWIKI.COM - Apakah mencopot foto presiden dapat diganjar hukuman penjara? Ataukah justru tindakan alamiah dari pembangkangan sipil?
Beberapa pengadilan di Prancis dihadapkan pada pertanyaan ini kala merespon aksi yang tidak biasa dari kelompok pro-lingkungan yang menekan Presiden Prancis, Emmanuel Macron, untuk melakukan sesuatu yang lebih atas isu perubahan iklim.
Satu demi satu, para aktivis lingkungan di Prancis telah mencopot foto resmi Presiden Prancis, Emmanuel Macron di lebih dari 130 balaikota pada tahun ini, dari mulai di kaki gunung Alpen hingga wilayah Left Bank, Paris.
Kemarahan para aktivis ini, seperti dilaporkan Associated Press, (3/11/2019) timbul lantaran menyoroti kinerja pemerintahan Presiden Prancis yang justru jauh dari program ramah lingkungannya.
Kendati Macron menggambarkan dirinya di panggung dunia sebagai sosok pro-lingkungan, seorang moderat, dan presiden yang ramah bisnis, namun (menurut para aktivis) tidak cukup berani mengubah negaranya yang dianggap ikut berkontribusi merusak bumi.
Baca: Peringatan Serangan Teroris, Emmanuel Macron Ingatkan Warga Prancis Ideologi Garis Keras Mematikan
Baca: VIDEO AMATIR Kerusuhan Aksi Protes Pemadam Kebakaran Menuntut Kenaikan Upah di Paris, Prancis
Mencopot Foto Presiden Sebagai Aksi Lingkungan?
Para aktivis ini marah khususnya karena menganggap pemerintah Prancis mengabaikan komitmen internasionalnya untuk meningkatkan penggunaan energi terbarukan dan mengurangi emisi.
Prancis cukup jauh tertinggal dari negara tetangganya di Eropa dalam penggunaan energi terbarukan.
Pencopotan foto presiden ini sedang dihadapkan dalam persidangan yang terjadi di seluruh wilayah di Prancis; beberapa dikenai denda, sementara lainnya dibebaskan.
Banding telah diajukan dalam persidangan pertama yang digelar minggu ini, di Lyon, namun masih dilakukan penundaan putusan, sementara persidangan selanjutnya dijadwalkan pada bulan ini.
Para demonstran tidak berasal dari latar belakang yang sama, satu orang adalah guru matematika, lainnya bekerja di SNCF Perusahaan kereta api, lainnya lagi adalah petani sayuran organik.
Dalam persidangan minggu lalu, terdakwa Helene Lacroix-Baudrion, mengaku pengambilan foto presiden sebagai 'suatu tindakan yang bertujuan peduli terhadap kehidupan dan lingkungan'.
"Kami hanya ingin Macron, yang bilang dirinya sebagai seorang pelindung iklim, untuk menghargai komitmen Prancis di bawah COP21 (Conference of Parties, Kesepakatan Perjanjian Global Perubahan Iklim di Paris, tahun 2015)" ujar Helene kepada Associated Press.
Seorang pakar yang bekerja untuk Komisi Perubahan Iklim PBB memberi kesaksian sebagai 'saksi pembela' terdakwa dalam persidangan.
Sementara di luar pengadilan, sejumlah aktivis lingkungan berkumpul dan melakukan unjukrasa.
Pembangkangan Sipil Menjadi Debat Publik di Prancis
Materi persidangan itu sendiri telah menjadi tema-tema perdebatan publik di Prancis ihwal pembangkangan sipil, tradisi protes, dan persoalan lingkungan itu sendiri.
Prancis terbagi dalam narasi bagaimana, dan seberapa cepat kebijakan pemotongan emisi bisa terwujud, sementara semakin memburuknya perubahan iklim.
Di lain hal, Macron menyatakan dirinya telah melakukan hal yang lebih serta telah berhadapan dengan Presiden AS, Donald Trump untuk merangkul negara-negara dan perusahaan agar dapat bekerjasama memotong emisi.
Namun demikian, Macron menyerah kala menerapkan kebijakan pajak bahan bakar yang dimaksudkan untuk menghentikan penggunaan bahan bakar fosil.