Ia juga menyoroti adanya ‘terobosan’ yang dilakukan Prabowo Subianto dalam memajukan militer menggunakan dana non-APBN (memfasilitasi pengiriman 35 perwira studi ke luar negeri dengan dana pribadi), juga menjadi catatan tersendiri.
Sebab, menurutnya dana non bujeter seperti itu rawan kepentingan tertentu dan lemah dalam penerapan prinsip akuntabilitas serta transparansi.
"Terlebih, penggunaan dana non-APBN memang tidak dibenarkan oleh Pasal 44 UU No 20/1982 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Pertahanan Keamanan Negara Republik Indonesia," urai Anton.
Anton Aliabbas juga mengungkapkan sejumlah tantangan ke depan bagi Prabowo Subianto.
Memurutnya, tantangan ke depan Prabowo Subianto adalah bagaimana membangun kualitas sumber daya prajurit.
Juga, membangun kebijakan dan postur pertahanan yang sesuai dengan kondisi geografis Indonesia sebagai negara maritim.
Baca: Prabowo Gabung Pemerintahan Presiden Jokowi, Gerindra dan PKS Bercerai
Baca: Jelang Pengumuman Menteri Kabinet Jokowi, Prabowo Sudah Hadir Sejak Pagi, Terlihat Semringah
Menurutnya, membangun kualitas sumber daya prajurit ini menjadi penting, karena juga sesuai dengan platform utama pemerintahan Presiden Joko Widodo dan Wakil Presiden Maruf Amin.
Untuk itu, menurutnya terobosan Prabowo Subianto dalam menjadikan Universitas Pertahanan sebagai perguruan tinggi berkualitas, adalah salah satu hal yang ditunggu.
"Bagaimanapun juga jumlah perwira yang studi di kampus ini harus ditingkatkan baik kualitas maupun kuantitasnya."
"Di sisi lain, membangun kualitas kultur akademik serta pengelolaan lembaga pendidikan yang profesional juga menjadi kebutuhan mendasar," papar Anton.
Kemudian, tantangan kedua Prabowo Subianto adalah membangun kebijakan dan postur pertahanan yang adaptif terhadap perkembangan ancaman 10-15 tahun ke depan.
Juga, sesuai karakter geografis negara yang menjadi tantangan tersendiri.
"Bagaimana visi dan rencana membangun kekuatan pertahanan Indonesia menjadi ‘macan Asia’ seperti yang sering diucapkan saat kampanye membutuhkan hal konkret."
"Apakah rencana ini sesuai dengan karakter dan kondisi geografis kita?" Tanya Anton.
Menurutnya, dengan menjadi ‘Macan Asia’, mengisyaratkan Prabowo Subianto berencana membangun dan mengembangkan kapabilitas TNI dalam menghadapi ancaman dari luar (outward looking).
Karena itu, menurutnya publik membutuhkan penjelasan lengkap tentang rencana kerja yang komprehensif dalam membangun sektor pertahanan Indonesia.
"Selain guna menghindari dampak arms race di kawasan, langkah ini juga mengurangi keresahan publik akan kembalinya militer yang lebih aktif di dalam urusan domestik," cetus Anton.
Selain itu, menurutnya tantangan nyata di Kemenhan adalah terkait pengelolaan anggaran pertahanan.
Ia menilai, dalam lima tahun terakhir, performa manajemen anggaran pertahanan kurang memuaskan.
Anton menilai ada dua indikator terkait hal itu.