TRIBUNNEWSWIKI.COM - Sejak gempa bermagnitudo 6,8 mengguncang pulau Ambon dan sekitarnya pada Kamis (26/9/2019) lalu, ribuan korban gempa mengungsi ke beberapa lokasi pengungsian.
Namun ribuan pengungsi yang berada di kawasan Lembah Argo, Desa Passo, Kecamatan Baguala, Ambon, Maluku, berada dalam kondisi memprihatinkan.
Di tempat pengungsian tersebut tidak terdapat petugas medis.
Padahal di lokasi itu terdapat pengungsi yang sedang sakit.
Di sekitar pengungsian terdapat belasan tenda darurat yang dibuat oleh warga.
Baca: Hingga Sabtu (28/9/2019), 500 Kali Gempa Susulan Guncang Ambon, Terbesar 5,6 SR
Tenda ini telah menampung lebih dari 1.000 pengungsi.
Pengungsi terdiri dari berbagai umur, dari lanjut usia, orang dewasa, anak-anak hingga bayi.
“Di sini ada beberapa orang tua yang sedang sakit, itu Ibu saya yang lagi duduk itu juga sedang sakit. Ada juga beberapa ibu hamil, yang satunya itu menderita asma,” kata seorang pengungsi, Rison Tandipura (37) saat ditemui awak media di lokasi tersebut, Minggu (29/9/2019), seperti dikutip dari Kompas.com.
Rison juga menyebutkan banyak pengungsi yang mengeluhkan pusing dan sakit kepala.
Namun tidak ada obat-obatan yang tersedia, bahkan tenaga medis juga tidak tersedia.
“Waktu hari pertama itu ada 4 tenaga medis dari Puskesmas yang datang, tapi setelah itu mereka tidak lagi datang sampai sekarang. Padahal ada banyak pengungsi di sini yang sangat membutuhkan mereka,”ujar Rison.
Baca: Pasca Gempa Ambon Timbul Lubang Sebesar Sumur, Begini Penjelasan BMKG
Seorang pengungsi yang bernama Robet Kawilarang (70) meninggal dunia dalam keadaan sakit, ketika gempa susulan terus mengguncang Ambon.
Rison mengatakan saat pengungsi dalam keadaan sakit, tidak ada tenaga medis yang memeriksa keadaan korban untuk memberikan pertolongan.
Satu diantara pengungsi yakni Sely Tiwery menambahkan jika seharusnya pemerintah kota Ambon membangun posko kesehatan di lokasi tempat pengungsian.
Hal ini dikarenakan terdapat ribuan pengungsi dalam keadaan sangat memprihatinkan.
“Harusnya dibangun posko kesehatan di sini, itu ada beberapa ibu hamil dan orang tua yang sakit, anak-anak dan bayi,”ujar Sely.
Sely ikut mengungsi ketika rumahnya rusak parah akibat gempa tersebut.
Namun hingga kini tidak ada bantuan apapun dari Pemerintah Kota Ambon.
“Setiap hari nama-nama kami ini didata, baik dari kecamatan maupun dari dinas terkait. Tapi tidak pernah ada bantuan yang datang. Hanya memang kemarin itu dari Tagana bawa 200 nasi bungkus, tapi itu tidak cukup. Kami di sini ada seribu lebih,” kata Sely.
Tenda yang dibangun ditempat pengungsian merupakan tenda masyarakat sendiri dan sisanya mendapatkan bantuan dari mahasiswa.
Baca: Terjadi 484 Gempa Susulan, 25 Ribu Orang Mengungsi Akibat Gempa Ambon
Tidak hanya kesulitan untuk obat-obatan dan tenaga medis, namun pengungsi juga merasa kesulitan untuk mendapatkan air bersih.
“Air untuk masak dan minum itu kita beli setiap hari. Kalau mau buang air, kita harus minta bantu ke warga di sini,” ujar Yos Hengkesa.
Pemerintah diharapkan dapat memberikan air bersih untuk para pengungsi dan segera menyalurkan bantuan.
“Di sini kita tidak pernah mendapat bantuan, padahal kita juga pengungsi yang butuh selimut, sembako, tikar dan tenda. Di sini setiap malam kita tidur berhimpitan, jadi tolong lihat kita juga di sini, jangan pilih-pilih,”kata Yos.
(TribunnewsWiki/Sekar)