Ia merupakan anak dari pengemis yang kerap berada di sekitar lokasi Patung Kuda dekat Simpang SKA.
"Mereka adalah warga yang tinggal di Pekanbaru. Bukan dari luar daerah," jelas dia.
Dulunya gerombolan keluarga pengemis itu berada di gubuk sekitar Patung Kuda.
Namun kini mereka tinggal di pemukiman yang ada dekat ruko kawasan itu.
Mereka biasa berada di sana untuk meminta belas kasihan pengendara dan pengguna jalan. Bahkan jumlah anak dari bocah tersebut ada 12 orang.
Seluruhnya memilih kerja sebagai pengemis untuk mencari nafkah.
Tim dari Dinas Sosial dan aparat gabungan sudah berulang kali mengamankan gerombolan pengemis tersebut.
Mereka pun biasanya terisak saat hendak ditangkap.
Namun kembali lagi saat penertiban tidak dilakukan di kawasan itu.
Mereka ini tidak jarang pindah ke lokasi lain untuk mengemis.
Tim pun kembali mendapati mereka mengemis di titik lain.
"Modusnya saat ditangkap ya menangis hingga terisak. Setelah tim hilang, mereka datang kembali," ulasnya.
Bustami tidak menampik bahwa upaya penindakan selama ini tidak membuat mereka jera.
Pihaknya akan koordinasi dengan Satpol PP Pekanbaru untuk menerapkan Permendagri No.54 tahun 2011 tentang Ketertiban Sosial.
"Kita akan jaring bersama, walau selama ini mereka terus membandel," tegasnya. (*)
Dampak Kabut Asap
Kebakaran hutan dan lahan alias karhuta yang melanda disejumlah wilayah di Sumatera dan Kalimantan telah menimbulkan dampaknya.
Seorang bayi meninggal dunia diduga karena sesak nafas akibat karhutla.
Ditemukan juga orangutan dalam wujud mengenaskan di tengah kobaran api karhutla.
Tribunnews.com merangkum dari berbagai sumber berbagai fakta terbaru dampak akibat Karhutla di Sumatera dan Kalimantan.
1. Bayi Meninggal