TRIBUNNEWSWIKI.COM – Kerusuhan kembali pecah di tanah Papua. Di Wamena, 17 warga sipil meninggal dunia dan 66 lainnya mengalami luka-luka.
Dikutip dari BBC, Selasa (25/9/2019), jumlah tersebut masih mungkin bertambah.
Pasalnya, pihak Kodim Jayawijaya akan kembali melakukan pencarian korban pada Selasa (24/9/2019) hari ini.
Komandan Kodim Jayawijaya, Letkol Infantri Candra Dianto mengatakan, dari korban meninggal yang sudah diidentifikasi, satu orang merupakan masyarakat setempat.
Sementara selebihnya merupakan masyarakat pendatang yang saat ini berada di RSUD Wamena.
"Besok kita akan lanjutkan pencarian korban karena ada beberapa ruko dan rumah yang hangus terbakar yang belum lakukan pemeriksaan. Sehingga besok kita akan maksimalkan dan malam ini juga akan melaksanakan patroli gabungan," kata Letkol Infantri Candra Dianto dalam keterangan tertulis seperti dilansir BBC.
Tokoh gereja di Wamena, Yohannes Djonga, sebelumnya mengatakan bahwa aksi pembakaran berlangsung di kantor bupati, kantor PLN, dan sejumlah ruko.
"Jadi tadi kantor bagian keuangan di kantor bupati dibakar, PLN juga dibakar. Dan beberapa kios kecil di pinggir rumah jalan, itu dibakar," kata Yohannes Djonga.
Yohannes Djonga mengatakan aksi ini dipicu oleh pernyataan rasial dari seorang guru kepada seorang siswa di SMA PGRI, Sabtu (21/09).
Karena tidak terima, siswa di SMA PGRI kemudian berencana untuk berunjuk rasa Senin (23/09).
Baca: 16 Warga Meninggal dan 65 Orang Terluka Akibat Kerusuhan di Wamena, Begini Kata Polisi
Isu rasisme atau tawuran pelajar?
Menurut Djonga, massa aksi merupakan para siswa yang hendak melaporkan tindakan rasis gurunya kepada polisi.
Menurut keterangan darinya, aksi tersebut melibatkan hampir seluruh siswa di SMA Wamena lantaran para siswa SMA PGRI mendatangi sekolah-sekolah lain dan mengajak seluruh pelajar untuk berdemonstrasi.
"Mereka (rencana awal) ke kantor polisi, ke polres, tapi kemudian karena tidak teroganisir ada yang ke polres ada yang ke kantor bupati," tambah Djonga.
Tetapi Kapolda Papua, Irjen Pol Rudolf A Rodja, menyebutkan bahwa insiden rasial di SMA PGRI adalah isu hoaks dan membantah kerusuhan ini akibat insiden rasial.
Ia menyebut keributan yang terjadi di Wamena karena tawuran antarpelajar.
"Pada Minggu lalu ada isu bahwa ada seorang guru mengeluarkan kata-kata rasis sehingga sebagai bentuk solidaritas melakukan aksi demonstrasi atau unjuk rasa pagi tadi," kata Rudolf di Abepura, Kota Jayapura, Papua, Senin (23/09).
"Guru tersebut sudah kita tanyakan dan dia katakan tidak pernah keluarkan kata-kata atau kalimat rasis, itu sudah kita pastikan," lanjutnya.
Sebelumnya, Kepala Biro Penerangan Masyarakat Divisi Humas Polri, Brigjen Dedi Prasetyo, mengatakan kepada wartawan bahwa situasi sedang ditangani oleh aparat polri dan TNI untuk meredam dan mitigasi agar tidak meluas tindakan anarkis oleh massa.
Baca: Situasi Terkini Kerusuhan di Wamena, Papua: Polisi Dalami Kasus dan Buru Penyebar Hoaks
Empat orang di Jayapura meninggal