TRIBUNNEWSWIKI.COM - Kabut asap akibat kebakaran hutan dan lahan (Karhutla) yang terjadi di wilayah Riau dan Kalimantan telah mulai mereda.
Menteri Perhubungan (Menhub), Budi Karya Sumadi, memberikan pernyataan bahwa kepekatan asap sudah mulai mereda di wilayah Riau.
Baca: Dampak Kabut Asap di Pontianak, Bandara Supadio Lumpuh, 37 Penerbangan Dibatalkan
Meskipun demikian, hal sebaliknya masih terjadi di Kalimantan.
"Di Riau agak mereda sedikit walaupun masih ada kabut asap pagi-pagi. Tapi yang di Kalimantan memang agak serius," kata Budi Karya Sumadi, dikutip dari Kompas.com, Rabu (18/9/2019).
Menhub mengatakan, penerbangan dari dan menuju ke wilayah Kalimantan, operator penerbangan diimbau agar selalu hati-hati.
Selain itu, Menhub mengatakan akan selalu memantau perkembangan dari kepekatan kabut asap tersebut.
Menhub akan menginformasikan secara intensif untuk kepentingan penerbangan.
"Kita secara intensif memberikan peringatan-peringatan kepada masyarakat, khususnya masyarakat penerbangan, untuk siaga mempersiapkan penerbangan-penerbangan menuju sana agar lebih hati-hati pada saat take off maupun pada saat akan landing," jelas Budi Karya Sumadi.
Sementara itu, Menhub menuturkan bahwa kondisi di lokasi ibu kota baru tidak separah di wilayah Kalimantan lain.
Menhub juga menyampaikan bahwa dirinya akan bertolak ke Kalimantan guna memantau kondisi terkini dan kepekatan asap akibat Karhutla di lokasi tersebut.
"Kelihatannya tidak (terlalu berdampak ke ibu kota baru). Besok saya akan ke sana. Sejauh ini tidak ada kabut yang cukup berat di sana," kata Budi.
Baca: Kabut Asap Makin Parah, Greenpeace Desak Presiden Segera Bertindak
Baca: Perangi Kabut Asap, Kapur Tohor Aktif Bakal Ditabur di Kawasan Karhutla Sumatera dan Kalimantan
Sementara itu, dikutip dari Kompas.com, jarak pandang Bandara Hang Nadim di Batam, Kepulauan riau menurun hingga 4.000 meter pada Rabu (18/9/2019).
Namun demikian, Direktur Badan Usaha Bandar Udara (BUBU) Hang Nadim Batam, Suwarso mengaku penurunan jarak pandang ini tidak begitu mempengaruhi aktivitas di Bandara Hang Nadim.
"Jarak pandang menurun, namun penerbangan masih bisa dikatakan normal," kata Suwarso, dikutip dari Kompas.com.
Seperti diberitakan sebelumnya, sejumlah bandara tak bisa beroperasi akibat kondisi jarak pandang yang belum terpenuhi.
Dilansir oleh Kompas.com dari data Kementarian Perhubungan, berikut bandara di wilayah Sumatera dan Kalimantan yang belum bisa beroperasi:
- Bandara APT Pranoto Samarinda
- Bandara Melalan Melalak
- Bandara Rahadi Oesman Ketapang
- Bandara H. Asan Sampit
- Bandara Sanggu Buntok
- Bandara Pangsuma Putussibau
- Bandara Letung Anambas
Direktur Jenderal Perhubungan Udara, Polana B Pramesti, menambahkan akibat karhutla ini banyak penerbangan yang tertunda ataupun dibatalkan.
“Penutupan bandara yang terdampak akibat kabut asap demi menjaga keselamatan dan keamanan penerbangan, kita harus pastikan semua laik untuk beroperasi di bandara,” kata Polana.
Sementara itu, Bandara Kalimarau di Berau Kalimantan Timur visibility sudah mengalami kemajuan.
Baca: Minta Pemerintah segera Sikapi soal Kabut Asap, Uya Kuya: Kondisi Ini Jadi Perhatian Luar Biasa
Baca: Singapura Bentuk Satgas dan Tawarkan Bantuan ke Indonesia terkait Kabut Asap
Menurut keterangan Kepala Unit Penyelenggara Bandar Udara (UPBU) Kalimarau, Bambang Hartanto, cuaca di Berau, pada Selasa (17/9/2019) cerah dibandingkan beberapa hari yang lalu.
Dampak kabut asap yang menyelimuti wilayah Riau dan sekitarnya menyebabkan warga terkena ISPA.
Menurut catatan Harrison, kabut asap akibat kebakaran hutan dan lahan (karhutla) mengakibatkan sedikitnya 6.025 warga menderita infeksi saluran pernapasan akut ( ISPA).
Dia merinci, penderita ISPA tersebut meliputi bayi di bawah 5 tahun, anak-anak, dewasa dan orang lanjut usia.
"Data ini jumlah penderita ISPA di seluruh Kalbar, dalam rentang waktu minggu ke-37 sejak bencana karhutla," kata Harrison, Senin (16/9/2019).
(TRIBUNNEWSWIKI.COM/Afitria Cika)