Tanggapan Ahli
Prof David Bowman selaku pakar ekologi Australia menilai peristiwa kebakaran lahan yang terjadi di Queensland dan NSW merupakan mimpi buruk karena faktor suhu kering dan kemarau saat ini.
"Kebakaran tak bisa dipadamkan dengan teknologi yang biasanya dipakai karena adanya faktor kekeringan ekstrim," jelasnya.
Prof David menilai teknik pemadaman dengan helikopter dan pesawat water bom yang sering digunakan justru tidak berkelanjutan dan justru mahal.
Menurutnya, situasi kebakaran saat ini justru menjadi momentum untuk mengubah pendekatan dalam upaya mengatasi kebakaran hutan dan lahan.
Prof Bowman juga menambahkan bahwa lahan untuk hunian penduduk perlu ditinjau kembali.
Tak hanya itu, Bowman juga menyoroti cara membangun rumah agar turut ditinjau ulang.
"Lanskap tempat tinggal kita semakin berbahaya dengan datangnya perubahan iklim," jelas Bowman.
"Para petugas pemadam telah menyaksikan perilaku api yang di luar bayangan mereka. Dan ini tak hanya terjadi di Australia,"
"Inilah wujud perubahan iklim itu dan kita perlu memahami apa yang sedang terjadi," imbuh Prof Bowman.
Baca: Titik Panas Kebakaran Hutan Masih Tinggi, BMKG: Musim Hujan Diprediksi Mundur
Titik Api Kebakaran Terus Ditemukan di Indonesia
Kepala pelaksana BPBD Kalsel Wahyuddin mengatakan bahwa setiap hari titik api terus bermunculan.
"Setiap hari ada saja titik api bermunculan di wilayah kami sehingga heli water bombing terus dikerahkan untuk pemadaman," ujar Wahyuddin, kepada wartawan, Kamis (5/9/2019).
Dilansir oleh Kompas.com, Wahyuddin juga mengatakan bahwa heli water bombing dikerahkan dua kali dalam sehari untuk membantu tim darat melakukan pemadaman.
Hal ini dikarenakan tim darat sulit menjangkau titik api.
Pihaknya berharap agar turun hujan agar Kahutla dapat diatasi.
"Kami hanya menekan karhutla karena mustahil memadamkan titik api secara keseluruhan, kecuali ada hujan," lanjut Wahyuddin.
Dinas Kesehatan Kalimantan Selatan menghimbau masyarakat untuk tidak melakukan aktivitas di luar rumah.
Hal ini dikarenakan kualitas udara di sejumlah wilayah provinsi Kalimantan Selatan terkena kabut asap akibat kebakaran hutan dan lahan.
Imbauan ini dilakukan agar masyarakat tidak terkena penyakit Infeksi Saluran Pernapasan Atas (ISPA).