TRIBUNNEWSWIKI.COM - Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK), Siti Nurbaya, tidak terima atas tudingan Malaysia.
Siti Nurbaya tak terima Indonesia dituding menjadi penyebab tunggal munculnya asap kebakaran hutan dan lahan (karhutla) di Malaysia.
Menanggapi hal tersebut, Siti Nurbaya berencana mengirimkan surat protes ke Duta Besar Malaysia.
Baca: Singapura Keluhkan Kualitas Udara Terancam Akibat Kabut Asap Kebakaran Hutan di Indonesia
"Saya akan menulis surat kepada Dubes (Malaysia) untuk diteruskan kepada Menterinya. Jadi saya kira supaya yang betul datanya," kata Siti Nurbaya, dikutip dari Kompas.com, Rabu (11/9/2019).
Siti menjelaskan bahwa pemerintah Indonesia terus memantau pergerakan asap karhutla.
Berdasarkan Badan Meteorolohi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), kabut asap sempay melintasi batas Indonesia hanya satu jam yakni pada Minggu (8/9/2019).
Siti menilai ada informasi yang ditutupi oleh Malaysia terkait persoalan asap karhutla.
Baca: Asap Kebakaran Hutan Tutupi Jalanan di Kalimantan Selatan, Setiap Hari Titik Api Bermunculan
Menurutnya asap kebakaran hutan juga berasal dari wilayah Malaysia sendiri, seperti Serawak dan Semenanjung Malaya.
"Asap yang masuk ke Malaysia, ke Kuala Lumpur itu dari Serawak kemudian dari Semenanjung Malaya, dan juga mungkin sebagian dari Kalimantan Barat.
Oleh karena itu seharusnya obyektif menjelaskan," kata Siti Nurbaya.
Ia pun meminta agar Malaysia dapat menyajikan data yang tepat soal kabut asap yang menyelimuti wilayahnya.
Malaysia diminta untuk tidak hanya menyalahkan Indonesia sebagai penyebab tunggal kabut asap.
"Karena pemerintah Indonesia betul-betul secara sistematis mencoba menyelesaikan ini dengan sebaik-baiknya. Tetapi memang harus jelas sumber dari mana, data dari mana. Polanya seperti apa," pungkas Siti.
Sebelumnya diberitakan bahwa kabut asap menyebar hingga ke perbatasan Kalimantan Barat dan Serawak, Malaysia.
"Hasil pantauan BMKG dan ASMC (ASEAN Specialized Meteorological Centre) pada 7 September 2019, terdeteksi transboundary haze (asap lintas batas) di wilayah perbatasan antara Kalimantan Barat dan Serawak, Malaysia," kata pelaksana tugas (Plt) Kepala Pusat Data, Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana ( BNPB), Agus Wibowo, melalui keterangan tertulis, Minggu (8/9/2019).
Baca: Kebakaran Hutan Amazon Tak Kunjung Usai, Pemerintah Brasil Tolak Bantuan 285 Miliar
BNPB memastikan kabut asap kebakaran hutan tidak akan meluas ke Singapura dan Semenanjung Malaysia.
Hingga 7 September 2019 tercatat ada sejumlah titik api atau hotspot kategori sedang dan tinggi di enam provinsi prioritas.
Enam provinsi tersebut yaitu, Riau dengan 201 titik api, Jambi 84 titik api, Sumatera Selatan 126 titik, Kalimantan Barat 660 titik, Kalimantan Tengah 482 titik, dan Kalimantan Selatan 46 titik api.
Pantauan Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN), hingga 8 September 2019 pukul 07.00 WIB, titik api masih terjadi di beberapa wilayah seperti, Riau 85 titik, Jambi 127 titik, Sumatera Selatan 52 titik, Kalimantan Barat 782 titik, Kalimantan Tengah 544 titik dan Kalimantan Selatan 66 titik.
Sementara, pada Senin (9/9/2019), BMKG Pekanbaru mencatat ada 289 titik panas di Riau dengan total titik panas yang terdeteksi di wilayah Sumatera sebanyak 1.278 titik.
Untuk di Riau, ada empat wilayah yan dilanda kabut asap, yakni Kota Pekanbaru, dengan jarak pandang 2 kilometer.
Kemudian, Kabupaten Pelalawan jarak pandang 3 kilometer, Kota Dumai 3 Kilometer dan Indragiri Hulu (Inhu) 3 kilometer.
(TRIBUNNEWSWIKI/Afitria Cika)
Jangan lupa subscribe official Youtube channel TribunnewsWiki di TribunnewsWiki Official