TRIBUNNEWSWIKI.COM - Akibat kebakaran lahan dan hutan di Indonesia berdampak pada kualitas udara di Singapura.
Kualitas udara di Singapura memasuki tingkatan tidak sehat akibat kabut asap.
Dikutip dari Kompas.com, Rabu (11/9/2019) Badan Lingkungan Hidup Nasional (NEA) Singapura mengatakan bahwa tingkat kualitas udara dapat menjadi tidak sehat bahkan memburuk apabila kabut asap di Sumatra dan Kalimantan tidak segera teratasi.
Baca: Misteri Motor Terbang Nyangkut di Pohon Bambu, Berikut Fakta Sebenarnya hingga Penjelasan Polisi
Pada pembacaan Indeks Standar Polutan (PSI) selama 24 jam pada Selasa (10/9/2019), pukul 20.00 malam waktu setempat, berada di kisaran sedang, yakni antara 85 dan 96.
Kualitas udara akan berada pada tingkatan tidak sehat apabila hasil pembacaan PSI tersebut berada pada angka 101 hingga 200.
"Tergantung pada kondisi angin, PSI (di Singapura) bisa memasuki kisaran tidak sehat jika situasi kabut asap di Sumatra terus berlanjut atau memburuk," lanjut NEA, dikutip dari Kompas.com.
Sebanyak 537 titik api terdeteksi di Sumatra pada Selasa (10/9/2019). Angka tersebut meningkat tajam dari 380 titik api yang dilaporkan pada sehari sebelumnya.
Kondisi tersebut diperburuk dengan adanya 749 titik api yang terdeteksi di Pulau Kalimantan.
Kondisi kebakaran hutan tersebut membuat negara-negara tetangga Indonesia, seperti Singapura dan Malaysia mengeluhkan kabut asap yang ditimbulkan.
Baca: Asap Kebakaran Hutan Tutupi Jalanan di Kalimantan Selatan, Setiap Hari Titik Api Bermunculan
Kabut asap karena meningkatnya jumlah titik api di Palangkaraya, Kalimantan Tengah (Kalteng) membuat kabut asap semakin pekat dan tebal.
Warga sangat terganggu dan mulai mengeluhkan sesak napas.
Menurut data dari Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Stasoun Meteorologi Tjilik Riwut, Palangkaraya, terjadi peningkatan jumlah titik panas atau hot spot yang cukup tinggi di wilayah Provinsi Kalimantan Tengah.
Dikutip dari Kompas.com, Rabu (11/9/2019) tercatat hingga Selasa (10/9/2019) ada 1.042 hot spot.
Sementara di Kota Palangkaraya terpantau ada sebanyak 119 hot spot per Selasa.
Terjadi kenakan titik panas ini diduga kebakaran lahan gambut meluas, sehingga menimbulkan kabut asap pekat.
Menurut BMKG, kabut asap kebakaran lahan gambut ini berdampak buruk bagi kesehatan sehingga warga harus lebih waspada.
Baca: Polda Riau Tetapkan Satu Perusahaan Sebagai Tersangka Kebakaran Hutan
BMKG menyarankan warga untuk menggunakan pelindung pernapasan atau masker saat beraktivitas di luar rumah.
Kabut asap ini juga berbahaya karena membuat jarak pandang menjadi pendek.
Kabut asap semakin pekat pada malam hari, sehingga membuat sejumlah aktivitas warga di malam hari terganggu.
(TRIBUNNEWSWIKI/Afitria Cika)
Jangan lupa subscribe official Youtube channel TribunnewsWiki di TribunnewsWiki Official