Wawancara dengan Aktivis Kemerdekaan Papua, Wartawan ABC News Australia Mengaku Dibuntuti

Koresponden Indonesia dari ABC News Australia, Anne Barker menceritakan pengalamannya saat sedang bertugas melakukan wawancara di Papua


zoom-inlihat foto
laporan-jurnalistik-anne-barker-koresponden-indonesia-di-abc-news-australia.jpg
(ABC News: Phil Hemingway)
Laporan Jurnalistik, Anne Barker, Koresponden Indonesia di ABC News Australia mengaku dibuntuti pengendara motor saat akan mewawancarai seseorang di Sorong, Papua Barat


Di tengah upaya puluhan tahun untuk merdeka dari Indonesia, ratusan demonstran pro-kemerdekaan di Sorong kemudian tersulut kemarahannya hingga membakar gedung-gedung, menghancurkan jendela, dan memblokir jalan dengan ban terbakar

Pasca kejadian tersebut, ratusan narapidana berhasil melarikan diri setelah membakar gedung penjara.

Kesaksian Yosina kepada ABC menerangkan bahwa sejumlah 15 aktivis ditangkap dan ditahan selama berjam-jam dengan tuduhan memprovokasi.

Yosina juga menerangkan bahwa terdapat seorang demonstran yang dipukuli di bagian wajahnya, sehingga membuat matanya memar dan berdarah.

"Kami takut, bukan hanya aktivis tetapi semua orang Papua tidak takut," kata Yosina kepada Anne Barker, ABC News Australia, Koresponden Indonesia.

"Kami kalah jumlah. Ada begitu banyak pendatang di sini."

"Kami tidak bisa tidur di malam hari. Saat tidur, kami dengar suara pesawat dan helikopter seperti akan mendarat, membuat kami merasa terancam."

Yosina menyatakan bahwa tidak ada ancaman yang bisa menghentikan perjuangan orang Papua untuk merdeka.

"Itu melampaui rasisme. Papua sedang dijajah. Kami ingin menentukan nasib kami sendiri," katanya.

"Kami melawan ketidakadilan, dan penjajahan tanah Papua. Kemerdekaan Papua adalah resolusi tertinggi."

Diakui oleh ABC, bahwa gelombang aksi demonstrasi yang meletus di kedua provinsi Papua sejak 19 Agustus lalu, adalah kerusuhan sipil terburuk di sana selama bertahun-tahun.

Pada pekan lalu, setidaknya enam pengunjukrasa ditembak mati di Deiyai, Papua, ketika aparat menembak ke kerumunan pengunjukrasa.

Dalam dua minggu terakhir, aparatur mengirimkan ribuan pasukan tambahan ke Papua dan Papua Barat, dalam upaya mengatasi kerusuhan.

Di Sorong, ABC melakukan pengamatan bahwa sekitar 500 polisi anti huru-hara dari Brimob berkumpul di depan markas polisi sebelum berbaris ke kendaraan lapis baja untuk berpatroli.

Mario Siregar dari Kepolisian Sorong membantah pihak berwajib melukai siapa pun dalam kerusuhan.

"Sampai hari ini tidak ada yang terluka dan kami tidak ingin ada korban karena kami mendapat perintah dari Kapolri dan Panglima TNI bahwa kami harus beroperasi secara manusiawi," kata Mario.

"Kami mendapat perintah tegas untuk tidak menggunakan peluru tajam. Saya memerintahkan anggota saya dilarang menggunakan peluru tajam."

Komisaris Siregar juga membantah adanya larangan aksi demo, sepanjang penyelenggara mengikuti aturan dan tidak mengganggu ketertiban umum.

Komentar dia tersebut (diklaim oleh ABC) bertentangan dengan larangan aksi demonstrasi di tingkat nasional, yang diumumkan awal pekan ini, pada semua aksi demo yang mendukung separatisme di Papua.

Menko Polhukam Wiranto mengumumkan siapa saja yang melanggar akan menghadapi tindakan tegas dan penegakan hukum, termasuk tuntutan pidana.





Halaman
1234
BERITATERKAIT
Ikuti kami di
KOMENTAR

ARTIKEL TERKINI

Artikel POPULER

© 2025 tribunnnewswiki.com,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved