TRIBUNNEWSWIKI.COM – Tepat 136 tahun lalu, pada 26 sampai 27 Agustus 1883, Gunung Krakatau yang berada di Selat Sunda mengalami erupsi yang sangat dahsyat.
Puncak erupsi Gunung Krakatau terjadi pada 27 Agustus 1883 sekitar pukul 10.20 WIB.
Letusan Gunung Krakatau pada 1883 itu termasuk dalam deretan bencana alam terbesar di dunia.
Dampak letusan itu juga tidak hanya dirasakan oleh masyarakat di sekitar Selat Sunda saja, melainkan juga manusia di belahan dunia lain.
Dikutip dari Kompas.com, letusan Gunung Krakatau pada 136 tahun lalu bahkan tercatat dalam buku The Guinnes Book of Record sebagai letusan hebat yang terekam sepanjang sejarah.
Meski hanya meletus sekali, namun suara letusan Gunung Krakatau saat itu terdeteksi sampai empat kali di seluruh penjuru dunia.
Seorang fisikawan, Dr Aatish Bhatia di Nautilus pernah membuat tulisan yang menyebutkan bahwa letusan Gunung Krakatau pada 1883 dapat didengar oleh orang-orang di 50 lokasi geografis yang berbeda.
Stasiun cuaca yang berada di 50 kota di dunia mendeteksi gelombang suara akibat letusan Gunung Krakatau.
Dalam rentang waktu lima hari, stasiun cuaca di 50 kota di dunia itu mendeteksi suara letusan sebanyak tiga sampai empat kali.
Pada 1992, Harian Kompas juga pernah memberitakan bahwa letusan Gunung Krakatau dapat terdengat oleh telinga manusia yang berada 4.500 km dari gunung tersebut.
Letusan Krakatau terdengar ke timur sampai Australia Tengah, 3.300 kilometer dari lokasi letusan, dan ke barat terdengar sampai Pulau Rodriguez, kepulauan di Samudera Hindia, 4.500 kilometer jauhnya dari Selat Sunda.
Konon letusan Gunung Krakatau saat itu sangat keras dan dahsyat, hingga suaranya disamakan dengan 21.648 letusan bom atom.
Tidak sampai di situ, letusan Gunung Krakatau juga mengakibatkan gelombang tsunami di pesisir pantai Selat Sunda.
Gelombang air laut setinggi 30 meter, menerjang desa-desa yang berada di pessir pantai.
Gelombang tinggi bahkan sampai terasa di Afrika Selatan, San Fransisko dan Alaska, Amerika Serikat.
Ditaksir, ada 36.000 nyawa manusia melayang akibat bencana besar letusang Gunung Krakatau.
Mengutip Harian Kompas yang terbit pada 27 Agustus 1982 Awal bencana itu diawali dari dentuman keras pada Mei 1883.
Dentuman kerasnya terdengar selama beberapa jam di Batavia, Bogor, Purwakarta, Palembang, dan juga sampai di Singapura.
Dalam laporan buku kapal korvet Jerman "Elizabeth", terlihat asap setinggi 11 kilometer dan debu vulkanik yang larut dibawa angin sejauh 550 kilometer.
Selain itu, ada juga insinyur penambang Belanda, Schuurman yang berhasil lolos dari dentuman pertama dari gunung di Selat Sunda.