“Tidak ada itu metode menyetubuhi (korban hipotermia), itu ajaran sesat,” ujar Suhri seperti yang dikutip oleh Tribun Madura, Senin (22/7/2019).
Lebih lanjut, metode “skin to skin” yang diperbolehkan adalah kulit yang bersentuhan dengan kulit.
Misalnya dengan saling berpelukan untuk mengembalikan suhu tubuh ke angka normal, bukan dengan cara menyetubuhi korban.
Suhri juga menambahkan bahwa apabila baju yang dikenakan oleh korban basah, maka harus dilepas dan diganti dengan pekaian yang kering.
Cara lain yang bisa dilakukan adalah dengan melepas semua pakaian yang basah dan saling berpelukan di dalam sleeping bag antara sesama gender.
“Kalau dia perempuan dengan perempuan dalam satu sleeping bag, itu oke. Laki-laki dengan laki-laki itu oke. Pasangan suami istri juga oke. Bukan laki-perempuan disetubuhi,” tegas Suhri.
Baca: Mengenal Hipotermia
Diberi makanan atau minuman hangat
Korban hipotermia biasanya kondisi tubuhnya kaku, sehingga susah untuk menerima makanan atau minuman.
Hal itu biasanya dicirikan dengan mengatupnya mulut korban.
Namun jika korban masih bisa membuka mulut dan merespons makanan, pendaki lain bisa memberinya makanan atau minuman hangat untuk membantu mengembalikan panas tubuhnya.
Suhri juga berpesan kepada setiap pendaki supaya membawa persediaan pakaian kering untuk mengantisipasi apabila mengalami hipotermia dalam perjalanan.
Gejala atau indikasi seseorang mengalami hipotermia
Dikutip dari phinemo, ada beberapa gejala yang dialami korban hipotermia.
Hal ini penting untuk diketahui supaya pertolongan terhadap korban hipotermia dapat diberikan secepat mungkin sehingga dapat mencegah kemungkinan yang lebih buruk.
Gejala-gejala tersebut diantaranya:
- Hipotermia biasanya diawali dengan kedinginan biasa, badan yang menggigil, gemetar menahan dingin, kadang hingga gigi gemeretak saling beradu ketika tidak kuat menahan dingin.
- Tubuh yang basah baik karena air hujan atau sisa keringat yang menempel pada baju akan membuat serangan hipotermia semakin cepat.
- Jika ada angina yang bertiup kencang, biasanya pendaki akan cepat kehilangan panas tubuh, sehingga potensi terkena hipotermia akan meningkat, terlebih jika pendaki menggunakan pakaian basah.
- Hipotermia menyerang secara perlahan, hal ini menyebaban calon korban tidak menyadari bahwa sebenarnya dia akan terserang hipotermia.
- Hipotermia menyerang saraf dan bergerak dengan pelan, karena itu, korban tidak merasa kalai dia mengalami hipotermia. Sejak korban tidak bisa menahan dingin sampai malah merasa kepanasan di tengah udara yang semakin dingin, korban biasanya tidak sadar kalau dia terkena hipotermia.
- Hipotermia bisa membuat korban pingsan hingga berhalusinasi sehingga bisa membahayakan keselamatan si pendaki. Hal ini karena halusinasi bisa menyebabkan tindakan aneh, seperti berlari-lari, membuka pakaian karena kepanasan, serta tingkah-tingkah lain di luar kebiasaannya.
Baca: Samsung M30 Diluncurkan di Indonesia, Berikut Harga dan Spesifikasinya
Pencegahan
Masih dari phinemo, ada beberapa cara yang bisa dilakukan untuk mencegah terjadinya hipotermia.
Pertama bisa dilakukan dengan cara melakukan pendakian pada siang hari.
Pada siang hari, suhu di gunung lebih aman untuk tubuh, meski panas namun tetap lebih baik daripada dingin pada malam hari.
Sinar matahari juga akan dengan mudah membantu menghilangkan keringat yang menempel dari baju para pendaki.