Sekitar 500 ribu orang direkrut oleh Westerling untuk bergabung dalam pasukannya.
APRA menuntut kepada pemerintah Indonesia yang saat itu masih tergabung dalam Republik Indonesia Serikat (RIS) untuk mengakui eksistensi APRA sebagai negara bagian Pasundan.
Namun akhirnya kudeta tersebut gagal karena tidak mendapat dukungan dari Tentara Islam Indonesia (TII).
Kelompok Darul Islam (DI) dan Negara Islam Indonesia (NII) yang ingin menerapkan syariat Islam di Indonesia secara konservatif juga tidak lepas dari aksi kudeta di masa Presiden Soekarno.
Gerakan ini sebenarnya sudah ada sejak 7 September 1942. Mereka bahkan ikut berperang dengan kolonial Belanda di Jawa Barat.
Kelompok ini menginginkan supaya hukum yang diterapkan di Indonesia adalah hukum Islam yang berpegang pada Al Quran dan Sunah.
Namun kudeta ini berhasil digagalkan setelah pimpinan NII yang juga teman seperguruan Soekarno, Kartosoewirjo berhasil ditangkap ketika melakukan perang gerilya pada 1962.
Peristiwa kudeta kembali terjadi pada 1965, lagi-lagi melibatkan sayap kiri. Peristiwa ini dikenal dengan Gerakan 30 September/PKI (G30S/PKI).
Selain menjadi sejarah kelam bagi Bangsa Indonesia, peristiwa ini sampai sekarang juga masih kontroversial.
Banyak sekali versi sejarah tentang peristiwa G30S/PKI.
Historia.id menyebutkan sedikitnya ada 5 versi tentang otak di balik tragedi mengerikan itu.
Pertama adalah PKI, sesuai dengan versi Orde Baru. Yang kedua karena konflik di internal Angkatan Darat, serta ada Presiden Soekarno itu sendiri.
Ada juga nama Soeharto yang disebut-sebut sebagai dalang atau otak dari kudeta tersebut. Sedangkan yang terakhir adalah Lembaga Intelijen Amerika (CIA).
Peristiwa tersebut diawali dengan adanya penculikan 6 orang dewan jenderal revolusi dan seorang perwira yang disebut-sebut dilakukan oleh PKI.
Soeharto yang saat itu menerima mandat dari Soekarno untuk menumpas kelompok kiri melakukan tugasnya, hingga terjadilah genosida besar-besaran pasca gerakan itu.
Belum diketahui secara pasti breapa total korban akibat pembantaian masal itu.
Ada yang menyebut ribuan, ratusan ribu, bahkan Yayasan Penelitian Korban Pembunuhan 1965/1966 mengklaim jumlah korban yang tewas lebih dari 3 juta orang.
Baca: 8 Film Terbaik Tentang Perang yang Wajib Banget Kamu Tonton
Baca: Aplikasi Edit Foto di Smartphone Layaknya Fotografer Profesional
Terlepas dari semua kontroversi itu, Soeharto kemudian naik tahta menggantikan Soekarno pada 12 Maret 1967.
Pelengseran ini didasari atas surat perintah sebelas maret (Supersemar) yang sampai saat ini juga masih menuai kontroversi.
Soeharto kemudian menjabat selama 32 tahun, hingga 21 Mei 1998.
(TribunnewsWIKI/Widi)