"Hari-hari ini kita melihat betapa banyaknya upaya membawa negara dan aparaturnya melayani kepentingan pribadi dan golongan," ujar Surya.
Surya menambahkan upaya menyeret aparatur negara pada kepentingan politik praktis melahirkan ketidakpercayaan masyarakat kepada negara.
"Kritik kemudian muncul dalam bentuk sinisme dan cemoohan yang sudah sangat kasar sebagai bangsa yang beradab," imbuh dia.
Surya mengatakan negara kini telah mengalami penurunan kewibawaan pada tingkatan yang paling rendah akibat praktik tersebut.
Hal ini yang menyebabkan rakyat mengalami kesulitan menempatkan kepercayaan kepada sosok selain pemerintah.
"Hari ini akan mudah sekali kita temui rakyat yang merasa cukup memerintah dirinya sendiri, saat ini kita berada di tanduk kerusakan yang paling mencemaskan sepanjang kehidupan berbangsa dan bernegara. Kita berharap semua pemimpin nasional dan rakyat tidak kehilangan kontrol," ucapnya.
Surya Paloh menyatakan pihaknya tidak akan diam apabila ada penguasa yang bertindak tidak adil, demi untuk kepentingan kelompoknya.
"Kita semua bisa menerima untuk menjadi rakyat jelata asalkan itu berdasarkan pada keadilan. Sebaliknya kita tidak bisa tinggal diam ketika ada penguasa kekuasaan yang berlaku tidak adil demi kepentingan tertentu, demi kepentingan kelompoknya," katanya.
Ditegaskan Surya Paloh, pihaknya bakal menerima situasi apapun baik itu sedih atau nestapa asalkan muncul dari nilai keadilan.
"Nilai kepatutan dan kepantasan, sebaliknya kesejahteraan semakmur apapun suatu bangsa. Jika tidak ada keadilan di dalamnya maka gugatan demi gugatan yang datang silih berganti," terangnya.
Dikatakannya, keadilan adalah rasa, keadilan adalah spiritualisme. Keadaan yang dapat membimbing manusia pada hidup yang sesuai dengan sunnahtullah.
"Itulah kenapa di dalam negeri yang makmur dan sejahtera tetap ada lembaga yang peradilan itu. Karena keadilan bukan hanya tentang kemakmuran dan kesejahteraan saja," ungkapnya.
Baca: Misteri Ayah Mertua Bunuh Menantu yang Hamil 7 Bulan di Pasuruan, Karena Nolak Hubungan Intim?
Surya Paloh menyebut tidak ada kekuasaan yang terus-menerus bertakhta.
Menurut Surya Paloh, setiap kekuasaan akan berakhir.
"Tidak ada kekuasaan besar maupun kecil yang pernah diizinkan bertakhta terus-menerus sepanjang zaman," kata Surya Paloh, dikutip dari Kompas.com.
"Sejarah telah menyampaikan kepada kita, bahwa berapa besar pun kekuasaan manusia bisa satu waktu dia akan berakhir juga," kata dia.
Surya Paloh kemudian menyinggung perkataan Adam Malik dalam buku yang berjudul "In The Service of The Republic" bahwa penguasa akan terus bergantian, tetapi negarawan tetap hidup bersama bangsa.
Paloh juga mengatakan bahwa dibutuhkan keberanian dalam berpolitik agar selalu memegang prinsi-prinsip dalam konstitusi.