Sebanyak 4.500 Pekerja asal Gaza Hilang, Mereka Disandera oleh Militer Israel di Penjara Tanpa Atap

Penulis: Bangkit Nurullah
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Sebanyak 4.500 Pekerja asal Gaza Hilang, Mereka Disandera oleh Militer Israel di Penjara Tanpa Atap - Seorang wanita bereaksi ketika orang-orang berkumpul di lokasi rumah sakit Ahli Arab di Gaza tengah pada 18 Oktober 2023 setelah ledakan semalam di sana. Sebuah ledakan melanda sebuah rumah sakit di Gaza yang dilanda perang dan menewaskan ratusan orang pada tanggal 17 Oktober malam, memicu kecaman global dan protes kemarahan di seluruh dunia Muslim.

TRIBUNNEWSWIKI.COM - Berikut laporan terbaru terkait perang Palestina vs Israel.

Dilaporkan sebanyak 4.500 pekerja asal Gaza yang bekerja di Israel telah hilang sejak adanya kampanye penangkapan massal oleh Israel.

Melansir dari Aljazeera, aktivis HAM dan serikat pekerja meyakini beberapa pekerja tersebut ditahan secara ilegal di fasilitas militer di Tepi Barat yang tengah diduduki, menyusul adanya pencabutan izin bekerja bagi warga Gaza di Israel.

Aktivis HAM mengatakan hingga saat ini pemerintah Israel enggan untuk merilis para pekerja asal Gaza yang disebut telah ditahan secara ilegal.

Sebagai informasi, sejak pasukan bersenjata Palestina, Hamas menyerang Israel secara mendadak pada 7 Oktober 2023 lalu, ada sekitar 18.500 penduduk Gaza memiliki izin untuk bekerja di luar tempat tinggalnya seperti israel.

Hanya saja, ketika perang antara Hamas dan Israel berlangsung, belum diketahui jumlah pasti terkait pekerja asal Gaza yang bekerja di Israel.

Baca: Israel Tuding Hamas Halangi Evakuasi 1,1 Juta Warga Palestina dari Gaza Utara

Namun, aktivis HAM dan serikat pekerja meyakini ada ribuan pekerja asal Gaza yang ditangkap tentara Israel dan dikurung di lokasi yang tidak diketahui.

Salah satu pekerja asal Gaza, Walid mengungkapkan pada 8 Oktober 2023 lalu, dirinya ditangkap ketika hendak berangkat bekerja dan ditahan di sebuah fasilitas di kawasan Almon atau Anatot.

Kawasan tersebut merupakan bekas kota Anata di Palestina yang dikuasai Israel ketika menyerang Yerusalem Timur.

Organisasi HAM mengungkapkan fasilitas di kawasan tersebut kerap digunakan pemerintah Israel untuk menahan ratusan pekerja dalam penahanan sewenang-wenang dan merupakan tindakan yang melanggar hukum internasional.

Walid mengatakan ditahan selama tiga hari di sebuah tempat seperti penjara tetapi tanpa adanya atap.

Selain itu, Walid juga mengaku tidak diberi makan, air, dan akses ke toilet selama ditahan.

Kemudian, dia mengaku dipindah ke sebuah lahan seluas sekitar 300 meter persegi ketika di saat yang bersamaan, dirinya bertemua ratusan buruh tengah berada di sebuah bilik toilet kimia.

Namun, saat Walid berinisiatif untuk menghubungi Palang Merah, dia justru dikecam dan dipukuli oleh tentara.

Walid baru dibebaskan tentara Israel ketika dipastikan dirinya adalah penduduk Tepi Barat meski lahir di Gaza.

Baca: Ketua DPC PDIP Solo Rudy Kirim WA ke Gibran Ajak Ketemu Bahas soal KTA PDIP: Menurut Saya Etika Lah

Ratusan Keluarga asal Gaza Mengaku Anggotanya Hilang

Terpisah, Direktur Eksekutif organisasi HAM di Israel bernama HaMoked, Jessica Montell, mengungkapkan pihaknya telah menerima ratusan panggilan telepon dari keluarga yang anggotanya bekerja di Israel.

"Saya telah menerima ratusan panggilan telepon dari anggota keluarga dari orang yang bekerja di Israel ketika serangan Hamas ke Israel terjadi (pada 7 Oktober 2023 lalu)," kata Montell.

Sejauh ini, kata Montell, lebih dari 400 keluarga dan teman dari orang yang dianggap hilang itu telah diurus oleh pihaknya.

Montell mengatakan pihaknya masih mencoba melacak orang-orang yang dinyatakan hilang tersebut.

Halaman
12


Penulis: Bangkit Nurullah

Berita Populer