Saidiman menyebut sekarang masyarakat menyoroti Jokowi karena beberapa peristiwa politik belakangan itu.
Salah satu peristiwa itu ialah putusan Mahkamah Konstitusi (MK) yang membuka jalan bagi Gibran untuk menjadi cawapres meski usianya masih di bawah 40 tahun.
Kata Saidiman, putusan MK itu dianggap tidak independen lantaran berkaitan dengan peluang seorang anak presiden, yakni Gibran, maju dalam Pilpres 2024.
"Namun, di luar itu semua, saya melihat satu figur yang membuat kisruh dan menjadikan politik Indonesia kurang berjalan sebagaimana seharusnya," tulis Saidiman di akun Twitter miliknya, @saidiman, Sabtu, (21/10/2023), dikutip dari Warta Kota Live.
Menurutnya, keputusan beberapa elite politik di Indonesia saat ini aneh atau tidak wajar.
"Keputusan-keputusan politik elit terasa aneh, di luar kebiasaan. Sejumlah elit berperilaku abnormal," ucapnya.
Baca: PDIP Tanggapi Pernyataan Jokowi yang Mengaku Dukung Semua Capres
Dia kemudian menyinggung Budiman Sudjatmiko, mantan politikus PDIP, yang tiba-tiba tidak mematuhi perintah partai untuk mendukung Ganjar Pranowo sebagai capres.
"Sebelum PDI Perjuangan menetapkan Ganjar, tak terdengar Budiman bicara tentang tokoh di luar partainya yang pantas didukung. Tidak ada usulan pada DPP PDI Perjuangan untuk mengusung Prabowo. Setelah partai menetapkan calon, kok tiba-tiba mendukung Prabowo yang merupakan orang lain?" tanya Saidiman.
Selanjutnya, menurut Saidiman, ketidakwajaran yang terbesar ialah ambivalensi Jokowi perihal capres.
PDIP sudah menyatakan mendukung Ganjar, tetapi Jokowi yang menjadi kader PDIP tampak tidak tegas dalam menentukan araha dukungannya.
Perilaku aneh Jokowi itu memunculkan penafsiran bahwa dia mendua perihal capres. Banyak pula yang menduga dia lebih mendukung Prabowo daripada Ganjar.
Di samping itu, adanya wacana Gibran menjadi cawapres pendamping Prabowo telah menimbulkan isu bahwa Gibran akan keluar dari PDIP yang sudah membantunya menjadi Wali Kota Surakarta.
"Tidak hanya itu, Golkar yang sebelumnya memutuskan Airlangga sebagai Capres atau setidaknya Cawapres kini muncul dengan keputusan baru: Gibran Cawapres Prabowo," tulisnya.
Baca: Dukung Keputusan Anaknya, Jokowi Doakan dan Restui Gibran Jadi Cawapres Prabowo: Sudah Cocok
Saidiman juga mengatakan keputusan baru Golkar itu bisa memunculkan kekecawaan di dalam internal partai besar.
"Kenapa partai sebesar dan seberpengalaman Golkar bisa mengajukan posisi Cawapres kader partai lain? Ada apa dengan Golkar?" tanya dia.
"Saya melihat kisruh politik ini berpusat pada satu orang: Prabowo. Tokoh ini yang menjadi penyebab perilaku ganjil sejumlah elit politik. Tata krama politik telah dirusak."
Peneliti itu mengatakan pengkhianatan demi pengkhianatan bisa terjadi di dalam internal partai.
"Rasa hormat kader pada keputusan partai menghilang. Para elit bermain kasar. Jangankan tunduk pada atau mendengarkan aspirasi arus bawah, marwah partai disepelekan," kata dia..
"Setelah hari ini, politik Indonesia di tingkat elit mungkin akan semakin kehilangan harga diri. Tak ada lagi respek antar-elit. Mengerikan."
Baca: Didukung Golkar Jadi Cawapres Prabowo, Gibran Tak Takut Disanksi PDIP: Saya Sudah Ketemu Mbak Puan