Bahkan film ini ditayangkan pada 31 Mei 2018, satu hari sebelum Hari Lahir Pancasila.
Memiliki cerita masing-masing dari para pemainnya, film ini berisikan tentang pemakaman seorang ibu dari keluarga yang berbeda keyakinan, ujian seorang pelatih atlet yang menghadapi masalah SARA hingga kasus perundungan yang berkaitan dengan peristiwa-peristiwa tak berperikemanusiaan lainnya.
Selain dua itu, film Pesantren adalah karya dari Shalahuddin Siregar yang wajib ditonton.
Pasalnya, alasan sang sutradara menggarap film ini ada kaitannya dengan film Negeri di Bawah Kabut.
"Salah satu karakter di film dokumenter panjang pertama saya Negeri di Bawah Kabut adalah anak 12 tahun bernama Arifin yang ingin masuk SMP Negeri tetapi orang tuanya terlalu miskin untuk membayar biaya registrasi yang mahal. Akhirnya mereka mengirim Arifin ke pesantren. Ketika film ini dirilis, ada yang menyayangkan keputusan mengirimkan Arifin ke pesantren karena mereka mengira dia akan dididik menjadi teroris," ungkap Shalahuddin Siregar.
"Pesantren juga sering dituduh kolot dan tidak berkembang. Saya terganggu dengan stigma ini, tetapi meskipun beragama Islam, saya tidak punya pengetahuan yang cukup tentang pesantren. Karena itulah saya membuat film ini, untuk mencari tahu seperti apa sebenarnya kehidupan di pesantren," lanjutnya.
Ia pun memilih pesantren Pondok Kebon Jambu di Cirebon, yang merupakan pesantren tradisional di Indonesia, tetapi istimewa karena dipimpin oleh perempuan.
Hal yang jarang sekali ditemukan sebuah pesantren dengan santri laki-laki dan perempuan, dipimpin oleh perempuan.
Film ini pun mendapat sambutan hangat dan terpilih di kompetisi XXI Asiatica Film Festival 2020 dan International Documentary Film Festival Amsterdam (IDFA) 2019.
Film ini juga telah tayang di Madani International Film Festival dan sempat ditayangkan di The University of British Columbia pada Maret 2022.
Film pesantren sendiri merupakan film dokumenter yang mengajak penonton untuk menyelami kehidupan para penghuni Pondok Kebon Jambu Al-Islamy, salah satu pesantren tradisional terbesar di Cirebon.
Para santri di pesantren ini dididik untuk berpikir kritis, mendukung kesetaraan gender, dan menghargai keberagaman.
Baca: Film - Kajiman: Iblis Terkejam Penagih Janji (2023)
Penggambaran bahwa laki-laki juga bisa menjadi orang yang penuh perasaan, atau perempuan mampu menjadi pemimpin, membuat film ini berhasil menampilkan kehidupan di dalam pesantren dari sudut pandang berbeda.
Banyak nilai-nilai baik yang diajarkan, bahwa Islam itu baik, damai, sejuk, moderat, toleran dan merangkul.
Sosok dalam film bisa menjadi harapan baru untuk Indonesia.
Untuk menonton film Pesantren, jangan lupa untuk membeli tiket di Bioskop Online.
Penonton bisa membeli tiket film Pesantren seharga Rp 15.000,- dan bisa mendapatkan harga khusus pre-sale sebesar Rp 10.000,- yang bisa dipesan mulai 15 hingga 23 Mei 2023.
Dengan membeli tiket film Pesantren, penonton juga ikut berbagi, karena sebagian dari setiap pembelian tiket akan di donasikan ke Rumah Zakat.
Donasi akan disalurkan dalam rangka membantu pesantren dan santri di desa berdaya binaan Rumah Zakat.
(tribunnewswiki.com/Rakli Almughni)
Baca lebih lengkap seputar berita terkait lainnya di sini