Film ini merupakan karya dari Shalahuddin Siregar atau yang akrab disapa Udin.
Ia adalah salah satu sutradara Indonesia yang dikenal lewat karya-karya dokumenternya.
Dengan latar belakang sebagai akuntan, tak membuat Shalahuddin Siregar kesulitan untuk mewujudkan karya-karyanya di dunia perfilman.
Ia diketahui aktif mengikuti serangkaian lokakarya termasuk Berlinale Talents, IDFA Academy, dan Tokyo Talents.
Dia telah menyutradarai dan memproduksi tiga film dokumenter panjang.
Semuanya telah diputar di festival internasional termasuk International Documentary Film Festival Amsterdam (IDFA) dan Dok-Leipzig.
Baca: Tayang di Bioskop Online, Film Pesantren Siap Ajak Penonton Susuri Kehidupan Para Santri
Salah satu film dokumenter yang ia kerjakan berjudul Negeri di Bawah Kabut.
Film dokumenter tersebut dirilis pada 2011 lalu dan bercerita tentang kehidupan masyarakat petani di Desa Genikan, yang berada di kaki Gunung Merbabu.
Ide ceritanya muncul saat ia melihat salah seorang warga desa yang menghancurkan hasil panennya sendiri berupa sayur kubis. Mereka menghancurkan hasil panen karena harga jual yang anjlok hanya Rp 150 per kilogram.
Film ini memenangkan Muhr Asia Africa Special Jury Prize, Dubai International Film Festival untuk kategori film dokumenter.
Sementara di ajang Jogja-NETPAC Asian Film Festival 2012 film ini memenangkan beberapa penghargaan di antaranya Geber Award, NETPAC Award dan Special Mention.
Film dokumenter lainnya yang ia buat berjudul Lagu untuk Anakku.
Yaitu sebuah film dokumenter yang berkisah tentang para penyintas tragedi 1965.
Dulunya, para penyintas ini diasingkan atau dipenjara.
Selama di penjara, sebagian dari mereka aktif menulis lagu tentang ibu, tentang anak dan tentang kisah cinta.
Lebih dari 50 tahun kemudian, sekelompok penyintas tersebut mendirikan paduan suara Dialita, yang fokus untuk menyanyikan lagu-lagu yang dibuat di penjara, dan lagu-lagu yang pernah dibungkam pada masa Orde Baru.
Dengan harapan untuk meneruskan sejarah kelam Indonesia yang tidak kunjung selesai, kepada generasi muda.
Baca: Film - Pesantren
Selain film dokumenter, Shalahuddin Siregar juga pernah menggarap film antologi berjudul Lima.
Bersama Lola Amaria, Tika Pramesti, Harvan Agustriansyah dan Adriyanto Dewo, ia menggarap film Lima yang erat kaitannya tentang pancasila.