Hal ini lantaran sosok Marsinah menjadi korban hilang dan meninggal kala berjuang.
Berikut profil Marsinah yang dikenal sebagai aktivis buruh.
Marsinah adalah aktivis buruh di masa Orde Baru.
Wanita pemberani ini lahir pada 10 April 1969 silam.
Marsinah merupakan anak kedua dari tiga bersaudara yang semuanya perempuan.
Baca: Pantai Keburuhan
Baca: Daftar Wilayah yang Memiliki Upah Buruh Tertinggi per Februari 2022
Ia merupakan adik dari Marsini dan kaka dari sosok Wijiati.
Aktivis buruh ini merupakan anak dari pasangan Astin dan Sumini di desa Nglundo, Kecamatan Sukomoro, Kabupaten Nganjuk.
Sebagai informasi, Marsinah bekerja di PT Catur Pura Surya (CPS).
Pabrik PT Catur Pura Surya atau CPS ini adalah pabrik pembuat jam di Porong, Sidoarjo, Jawa Timur.
Saat masih di sekolah, Marsinah merupakan siswa yang rajin membaca buku dan selalu mendapat peringkat di sekolahnya.
Akan tetapi lantaran masalah biaya, pendidikannya hanya bisa sampai di tingkat SLTA saja.
Meski begitu ia tetap terus belajar, salah satunya yakni dengan mengikuti kursus ilmu komputer dan bahasa Inggris.
Kemudian, di lingkungan perusahaan di mana dia bekerja, Marsinah merupakan aktivis dalam organisasi buruh Serikat Pekerja Seluruh Indonesia (SPSI) unit kerja PT CPS.
Latar belakang terjadinya peristiwa 1993 yang menyebabkan Marsinah hilang dan meninggal yakni berkaitan dengan surat edaran dari Gubernur KDH TK I Jawa Timur.
Pada surat edaran tersebut gubernur mengimbau agar pengusaha menaikkan gaji sebesar 20 persen dari jumlah gaji pokok.
Imbauan itu disambut dengan suka cita oleh para buruh.
Namun para pengusaha tidak menyukai dengan surat edaran itu, karena otomatis perusahaan akan mengeluarkan uang lebih banyak.
Pada pertengahan April 1993, PT. Catur Putra Surya (PT. CPS) Porong membahas surat edaran tersebut dengan resah.