Kekerasan di Sudan Meningkat, Pihak Pemerintah Abaikan Seruan Gencatan Senjata

Penulis: Ika Wahyuningsih
Editor: Febri Ady Prasetyo
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Asap tebal mengepul di atas gedung-gedung di sekitar bandara Khartoum pada 15 April 2023, di tengah bentrokan di Ibu Kota Sudan. Ledakan mengguncang ibu kota Sudan pada 15 April ketika paramiliter dan tentara reguler saling menyerang pangkalan satu sama lain, beberapa hari setelah tentara memperingatkan negara itu berada pada titik balik yang berbahaya

Pengikut Burhan menyerukan pembubaran RSF, sementara Dagalo mengatakan kepada jaringan berita satelit Al Arabiya bahwa dia telah mengesampingkan negosiasi dan meminta Burhan untuk menyerah.

Akar konflik terletak pada strategi pecah belah yang dikejar oleh otokrat Islamis veteran Omar al-Bashir, yang mengambil alih kekuasaan pada tahun 1989. RSF diambil dari milisi Janjaweed yang ditakuti yang dituduh melakukan genosida di Darfur dan bertindak sebagai penyeimbang. kepada tentara reguler, yang kesetiaannya diragukan oleh Bashir.

Kedua kekuatan bergabung untuk menggulingkan Bashir pada 2019 setelah berbulan-bulan protes massal, tetapi hubungan di antara mereka tetap tegang. Banyak analis dan diplomat di Khartoum meramalkan kontes kekerasan setelah kudeta militer pada Oktober 2021 yang menggagalkan transisi bertahap ke pemerintahan sipil.

Sudan berada dalam krisis ekonomi yang parah, dengan inflasi yang melonjak dan pengangguran besar-besaran. 

Khalid Omar, juru bicara blok pro-demokrasi yang bernegosiasi dengan para jenderal dalam beberapa bulan terakhir, memperingatkan bahwa konflik tersebut dapat menyebabkan perang dan keruntuhan negara.

(TRIBUNNEWSWIKI/Kaa)



Penulis: Ika Wahyuningsih
Editor: Febri Ady Prasetyo
BERITA TERKAIT

Berita Populer