Gempa berkekuatan 7,8 SR, yang melanda di awal kegelapan pagi musim dingin, diikuti oleh gempa 7,7 SR kedua di tengah hari pada hari Senin, saat tim penyelamat di kedua negara masih berusaha mencari korban selamat.
Penyiar negara Turki TRT menunjukkan gambar orang-orang yang panik berlindung di jalan saat bangunan di sekitar mereka berguncang selama gempa susulan di kota Kahramanmaraş, utara Gaziantep.
Wakil presiden Turki, Fuat Oktay, mengatakan jumlah korban tewas telah melampaui 1.500 orang di Turki saja pada sore hari.
Yunus Sezer, yang mengepalai badan bantuan bencana Turki Afad, mengatakan sedikitnya 8.500 orang terluka di selatan negara itu. “Seratus tiga puluh gempa susulan telah tercatat setelah gempa.
Hampir 15.000 personel pencarian dan penyelamatan telah dikerahkan ke wilayah tersebut,” katanya, dikutip dari The Guardian.
Di Suriah, kementerian kesehatan mengatakan lebih dari 326 orang tewas dan 1.042 terluka.
Di barat laut yang dikuasai pemberontak Suriah, tim penyelamat mengatakan 147 orang tewas.
Jumlah korban diperkirakan akan meningkat karena petugas penyelamat dan penduduk dengan panik mencari korban selamat di bawah puing-puing bangunan yang hancur di kota-kota di kedua sisi perbatasan.
Gempa tersebut terjadi pada pukul 04.17 waktu setempat (0117 GMT) pada kedalaman sekitar 17,9 km (11 mil) di dekat kota Gaziantep, Turki, yang merupakan rumah bagi sekitar 2 juta orang, kata Survei Geologi AS.
Tayangan televisi dari Turki menunjukkan orang-orang yang terkejut berdiri di atas salju dengan piyama mereka, menyaksikan penyelamat menggali puing-puing rumah yang rusak.
Bangunan diratakan sementara banyak orang masih tertidur.
Baca: PBB Sebut Jumlah Kematian Gempa Turki-Suriah Kemungkinan akan Tembus 20 Ribu Jiwa
Baca: 20 Tahanan Melarikan Diri dari Penjara Usai Gempa Turki-Suriah, Sebagian Besar Anggota ISIS
Getaran dirasakan hingga ke Lebanon, Yunani, Israel, dan pulau Siprus.
Di kota Gaziantep, Turki selatan, 150 mil dari perbatasan dengan Suriah dan 50 mil dari pusat gempa di Kahramanmaraş, orang merasakan gempa susulan beberapa jam kemudian.
“Kami terbangun dengan kaget, karena listrik padam. Kami berbaring diam dan menunggu goncangan selesai. Rumah kami penuh dengan pecahan kaca,” kata Sinan Şahan, seorang pedagang di Gaziantep.
“Kami menggunakan senter ponsel kami untuk berpakaian, dan bergegas keluar rumah. Siapa pun yang bisa menyelamatkan diri kini telah melarikan diri ke suatu tempat. Saya punya kerabat di Kahramanmaraş, rumah mereka hancur.”
"Saya berada di Istanbul ketika gempa besar terjadi pada tahun 1999, ini lebih parah dari itu," tambahnya.