Lembaga internasional mengatakan praktik penjualan bayi makin sering terjadi setelah Taliban berkuasa di Afganistan sejak Agustus tahun lalu.
Farheena, 28 tahun, menjadi salah satu wanita Afganistan yang terpaksa menjual bayinya.
Ibu enam anak itu terpaksa menjual Laila, bayinya yang baru berusia empat bulan. Dari penjualan itu dia bisa mendapat sekitar Rp35,5 juta.
Dilansir dari The Times, Laila dijual kepada pasangan suami istri yang hingga kini belum dikaruniai anak.
Sang ibu terlihat menangis ketika menyerahkan anaknya. Wajahnya kemudian ditutupi dengan jilbab agar suara tangisnya tidak begitu terdengar.
Ini karena mereka bisa dihukum Taliban jika ketahuan melakukan praktik jual beli bayi.
Baca: Taliban Gali Kembali Mobil yang Dipakai Pemimpinnya untuk Kabur dari Tentara AS
Farheena awalnya berpofesi sebagai guru. Namun, dia kehilangan pekerjaan itu dilarang mengajar oleh Taliban.
Karena tak punya penghasilan dan suaminya berada di Iran, dia dan anak-anaknya mengalami kelaparan.
Bahkan, anak tertuanya harus dirawat di rumah sakit karena menderita malnutrisi.
Suatu hari tetangganya berujar ada pasangan suami istri yang ingin mendapatkan anak dengan cara membelinya.
Farheena kemudian tertarik untuk menjual bayinya yang belum genap berusia setengah tahun.
Baca: Rayakan Idulfitri, Pemimpin Tertinggi Taliban Akhirnya Muncul Kembali di Depan Publik
Dia terpaksa melakukannya agar keluarganya tidak menderita kelaparan.
"Tidak pernah sehari pun saya menangis karena bayi saya," kata Farheena dikutip dari The Times.
Namun, dia mengaku mungkin akan menjual lagi anaknya agar bisa bertahan pada musim dingin mendatang.
Praktik penjualan ini makin sering terjadi dan staf rumah sakit bersalin bahkan makin terlibat.
Juru Bicara Organisasi Kemanusiaan dan Bantuan Nasional Afganistan (ANAHO) mengatakan praktik ini dilakukan secara rahasia karena dilarang Taliban.
Baca: Taliban Nunggak Bayar Listrik, Kabul Terancam Gelap Gulita
Kata dia, praktik ini jarang sekali terjadi sebelum bulan September 2021. Namun, dalam beberapa bulan terakhir organisasi itu berujar menangani kasus penjualan bayi oleh "setidaknya dua keluarga per minggu".
Ada empat keluarga penjual bayi yang sempat diwawancarai oleh The Times.
Salah satunya ditawari uang sebanyak Rp3,5 juta untuk menjual anak mereka yang berusia dua bulan.