Informasi itu disampaikan oleh Aatish Taseer, rekan Rushdie yang juga seorang penulis,
Namun, Rushdie masih dirawat di rumah sakit karena mengalami luka parah akibat aksi penikaman sehari sebelumnya.
Sang penikam, Hadi Matar, mengaku tak bersalah saat didakwa telah melakukan percobaan pembunuhan.
Matar diadili dalam kondisi tangannya diborgol. Hakim meminta dia ditahan tanpa jaminan.
"Ini adalah serangan yang terencana, bertarget, dan tanpa provokasi sebelumnya, terhadap Rushdie," kata jaksa Jason Schmidt dikutip dari New Zealand Herald, (14/8/2022).
Matar didampingi oleh pengacara Nathaniel Barone sebagai kuasa hukumnya.
Baca: Salman Rushdie Penulis The Satanic Verses Ditikam di Panggung, Alami Kerusakan Hati hingga Mata
Dia didakwa telah menyerang Rushdie ketika penulis novel Ayat-Ayat Setan itu tengah berpidato di Institut Chautauqua di New York, Amerika Serikat (AS).
Serangan itu membuat Rushdie mengalami luka pada livernya dan sejumlah saraf pada lengan dan matanya putus.
Rushdie kemungkinan besar akan kehilangan satu matanya akibat serangan Matar.
Penikaman itu mengejutkan masyarakat dunia dan mengundang banyak keprihatinan.
Rushdie sendiri sudah lama mendapat ancaman pembunuhan karena sebagian orang menganggap novelnya melecehkan Islam.
Namun, dia tetap berani menyuarakan kebebasan berpendapat di tengah ancaman ini.
Baca: Raymond Briggs, Penulis & Ilustrator Buku Anak, Meninggal pada Usia 88 Tahun
Sejumlah orang bahkan menganggap Rushdie sebagai pembela para penulis dan jurnalis yang dipersekusi.
Presiden AS Joe Biden mengaku terkejut dan sedih dengan kemalangan yang baru saja dialami Rushdie.
"Salman Rushdie, dengan wawasannya tentang kemanusiaan, dengan gaya kepenulisannya yang tidak tertandingi, dan menolak diintimidasi atau dibungkam, menegakkan tujuan yang penting dan universal," demikian kata Biden melalui pernyataan.
"Kebenaran. Keberanian. Keteguhan. Kemampuan untuk berbagi gagasan tanpa rasa takut. Ini adalah hal yang teramat penting bagi setiap masyarakat yang merdeka dan terbuka."
Rushdie lahir di India, tetapi dia kemudian pindah ke Inggris dan AS.
Dia dikenal sebagai penulis bergaya surreal dan satire. Pada tahun 1981 novelnya yang berjudul Midnight's Children memenangkan Booker Prize.
Baca: Profil Hilman Hariwijaya, Penulis Lovel Lupus yang Meninggal Dunia
Dalam novel itu dia mengkritik pedas Indira Gandhi, Perdana Menteri India saat itu.