CERITA Asli KKN di Desa Penari Lengkap, Lebih Seram Ketimbang di Film

Penulis: Ika Wahyuningsih
Editor: Putradi Pamungkas
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

KKN di Desa Penari

Cerita KKN di Desa Penari versi thread ini merupakan bagian kedua dari cerita KKN di Desa Penari sebelumnya.

Untuk bagian pertama bisa Anda lihat melalui LINK INI

Adapun untuk bagian kedua, Widya menggoyang badannya, namun Nur tidak bergeming, saat Widya mencoba menyentuh kulit wajahnya yang dingin, Nur terbangun dan melotot melihat Widya. Tatapannya, seperti orang yang sangat marah.

"Cah Ayu (anak cantik)."

Hal itulah yang pertama Widya dengar dari Nur. Hanya saja, suaranya, itu bukan suara Nur. Suaranya menyerupai wanita uzur. Melengking, membuat bulu kuduk Widya seketika berdiri.

Namun, saat Widya mencoba pergi, tangannya sudah dicengkeram sangat kuat.

"Kerasan nak nang kene (betah tinggal di sini)?"

Widya tidak menjawab sepatah katapun, suaranya mengingatkannya pada neneknya sendiri, benar-benar melengking.

Baca: Hampir 2 Bulan di Hutan untuk Syuting KKN Di Desa Penari, Tissa Biani: Menantang Adrenalin

Baca: Jawaban Joko Anwar atas Permintaan Warganet agar Dirinya Jadi Sutradara Film KKN Desa Penari

"Yo opo cah ayu, wes ngertos badarawuhi (gimana anak cantik, sudah kenal sama penunggu di sini)?"

Widya mulai menangis.

"Lo, lo, lo, cah ayu ra oleh nangis, gak apik (anak cantik gak boleh menangis)."

Matanya masih melotot, pergelangan tangan Widya dicengkram dengan kuku jari Nur.

"Cah lanang sing ngganteng iku ae wes kenal loh kale Badarawuhi (anak ganteng itu saja sudah kenal sama dia)."

"Nur," ucap Widya sembari tidak bisa menahan takutnya lagi, suasana di ruangan itu benar-benar baru kali ini bisa membuat Widya setakut ini.

"Iling Nur, iling (sadar Nur, sadar)!"

Nur tertawa semakin kencang, tertawanya benar-benar menyerupai tertawa yang membuat Widya diam dan takut.

"Awakmu gak ngerti, sopo aku (kamu gak ngerti siapa aku)?"

"Mbok pikir, nek gak onok aku, cah ndablek model koncomu sing gowo bolo alus nang kene isok nyilokoi putu'ku, aku, sing jogo Nur sampe sak iki, ra tak umbar, bolo alus nyedeki putuku, ngerti (kamu pikir, kalau tidak ada aku, anak nakal seperti temanmu yang sudah membawa penunggu di sini bisa mencelakai cucuku, aku yang selama ini sudah menjaganya, tidak akan kubiarkan mereka mendekati cucuku, mengerti)

"Nyilokoi nopo to mbah (mencelakai bagaimana)?"

"Cah ayu, kancamu siji bakal ra isok balik. Nek awakmu rong sadar, opo sing bakal kedaden, tak ilingno, cah ganteng iku, bakal gowo ciloko, nyeret kabeh nang petoko nang deso iki. (anak cantik, satu dari temanmu tidak akan bisa kembali, jika kamu belum sadar, semuanya akan terjadi, ingatkan anak itu, yang sedang membawa petaka jika dibiarkan semuanya akan kena batunya di desa ini)

Halaman
1234


Penulis: Ika Wahyuningsih
Editor: Putradi Pamungkas
BERITA TERKAIT

Berita Populer