Namun, ketika ia mencicipinya dan tahu bahwa rasanya enak, ia pun berubah pikiran.
Dari koleksi resep miliknya, Wita menemukan resep es cendol.
"Saya lalu terpikir membuat cendol, padahal sebelumnya saya tak pernah membuat cendol sendiri. Cendolnya terbuat dari campuran agar-agar dan sari buah pala Papua yang sudah dihaluskan, dicampur dengan tepung tapioka dan tepung beras. Jadi, daging buahnya bukan dipotong-potong seperti nangka di dalam cendol pada umumnya, melainkan saya campurkan ke dalam adonan cendol. Rasa bulir-bulir cendolnya jadi asam dan manis, tidak tawar atau gurih seperti cendol biasa. Minuman yang enak banget untuk berbuka puasa."
Aziz menilai, memakai biji pala dalam makanan manis merupakan hal biasa, sehingga ia mencoba mencari kreasi lain.
Maka, ia yang awalnya ingin membuat armenian cake kemudian membuat poached nutmeg.
Inspirasinya dari poached pear yang kerap disajikan sebagai dessert di resto-resto mewah yang menyuguhkan makanan barat.
"Setelah dipotong-potong, buah pala Papua direbus bersama gula selama kurang lebih 30 menit. Tekstur daging buahnya jadi seperti peach. Karena dimasak dalam air gula, manis dan asamnya jadi seimbang. Tak perlu diberi perasan lemon sebagai tambahan rasa asam. Poached nutmeg ini bisa digunakan sebagai topping es krim atau pancake, bisa juga dibuat minuman serupa peach tea. Saya coba kreasikan dengan cokelat dan creme anglaise, sehingga menjadi dessert yang mewah. Cocok untuk hidangan berbuka puasa," kata Aziz.
Baca: 6 Jenis Biji-bijian yang Ampuh Turunkan Berat Badan, Yuk Dicoba
Masyarakat Fakfak sejak dulu kerap menggunakan daging buah pala sebagai pengganti jeruk.
"Rasa asam daging buah pala Papua yang khas agak mirip seperti jeruk. Bedanya, asamnya jeruk terasa fresh, sedangkan dalam asamnya pala terdapat sensasi hangat dan pedas. Aromanya juga berbeda. Kalau masakan diberi perasan jeruk, rasa masakannya jadi lebih segar. Tapi, kalau diberi buah pala Papua, masakannya jadi beraroma rempah yang sedap," kata Wita.
Aziz menyebutkan, menggunakan daging buah pala Papua sebagai pengganti jeruk merupakan ide yang sangat brilian.
"Keduanya sama-sama punya kandungan acid. Fungsinya juga sama, yaitu memecah protein sekaligus menyegarkan masakan."
Namun, ia sendiri belum menemukan banyak kreasi olahan daging buahnya.
Inilah yang kemudian mendorong Aziz mengajak chef Indonesia untuk lebih banyak mengeksplorasi daging buah pala Papua agar kita tak lagi perlu mengimpor buah, sekaligus mengangkat bahan pangan lokal.
"Pala Papua bisa tampil lebih fancy dengan dikalengkan seperti peach, lalu didistribusikan ke kafe-kafe. Dengan begitu, nantinya pala Papua bisa menjadi tren," katanya.
Menerima ajakan Aziz, Wita sempat mencoba memanfaatkan daging buah pala Papua sebagai bahan utama dalam masakan.
Ibu rumah tangga asal Tasikmalaya ini mencoba membuat gudeg dari daging buah pala Papua, bukan dari nangka muda, seperti gudeg pada umumnya.
"Saya tidak memakai santan, melainkan susu. Rasa gudegnya enak, karena ada manis alami dari daging buah pala Papua,” katanya. Menu yang bisa dicoba untuk sahur pada bulan Ramadan ini.
Bahan: