Hal ini terungkap setelah pihak Ukraina mewawancarai lima tentara Rusia yang mereka tawan.
Dalam sebuah video wawancara, kelima tentara itu terlihat berada di sebuah gedung dan mata mereka ditutup.
"Terus terang saja, mereka [atasan] membohongi kami," kata salah seorang dari mereka, dikutip dari The Guardian, (4/3/2022).
"Semua yang dikatakan oleh mereka adalah kebohongan. Saya akan mengajak rekan-rekan saya untuk meninggalkan Ukraina."
"Kami punya keluarga dan anak. Saya pikir 90 persen dari kami setuju untuk pulang."
Tak hanya itu, sejumlah tentara Rusia yang ditawan juga mengungkapkan hal yang mirip ketika diwawancarai.
Pernyataan itu menyebar luas di kanal media sosial Ukraina.
Baca: Abramovich Jual Chelsea, Uangnya Tak Hanya untuk Ukraina, tetapi Semua Korban Perang
Invasi Rusia ke Ukraina telah berlangsung lebih dari sepekan dan ada banyak tentara Rusia yang dilaporkan mengalami demoralisasi.
Mereka tidak bersemangat atau enggan bertempur. Beberapa dari mereka bahkan dilaporkan menyerahkan diri.
Dalam sejumlah video, terlihat beberapa tentara Rusia telah meninggalkan kendaraan mereka dan mulai berjalan kaki menuju perbatasan Rusia.
Tentara Rusia yang enggan bertempur ini dianggap menjadi salah satu penyebab invasi di Ukraina tidak banyak banyak mendapatkan perkembangan besar.
Dalam video tersebut, tentara Rusia mengaku hanya mendapat logistik makanan dan bahan bakar untuk dua hingga tiga hari.
Oleh karena itu, dapat diasumsikan bahwa Rusia menyangka operasi militer itu akan selesai dengan sangat cepat.
Baca: ICANN Tolak Permintaan Ukraina Agar Internet Rusia Diblokir Total
Menurut The Guardian, beberapa tentara Rusia yang ditawan mengaku bahwa sebelum berperang, mereka diyakinkan bahwa mereka akan diterima dengan baik oleh warga Ukraina.
Mereka juga diberi tahu bahwa warga Rusia akan menyambut mereka sebagai kelompok pembebas.
Namun, kenyataan berkata lain dan mereka justru mendapat perlawanan gigih dari para pejuang Ukraina.
"Beberapa dari mereka berpikir sedang menjalani latihan militer. Mereka tidak mengantisipasi adanya perlawanan," kata Artem Mazhulin, seorang guru bahasa Inggris dari Kharkiv, Rusia.
"Sejak tahun 2014 pemerintah Rusia telah mencuci otak penduduknya dengan propaganda. Mereka berusaha membuat orang Rusia percaya bahwa Ukraina bukanlah negara yang nyata dan berkata bahwa monster fasis telah merampasnya."
Dalam sebuah video yang dirilis hari Kamis, Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskiy juga mengatakan hal yang senada.
Baca: Desak Pemimpin Dunia Hentikan Rusia, Presiden Ukraina: Sebelum Jadi Bencana Nuklir