Hal ini mereka sampaikan melalui webinar 'Exploring Immense Opportunities in Indonesia' Retail Market & SME'S', Jumat (10/9/2021).
Seperti yang diketahui, situasi perekonomian di Indonesia memiliki dua hal yang potensial dan menonjol, yaitu pasar konsumsi dan pelaku UMKM yang sangat besar.
Dengan besarnya volume pasar dan tingginya konsumsi rumah tangga, menjadikan pasar sektor rilte di Indonesia memiliki potensi yang menjanjikan untuk dieksplorasi.
Webinar 'Exploring Immense Opportunities in Indonesia' Retail Market & SME'S' adalah kolaborasi antara Diplomat Success Challeng (DSC) dan MarkPlus Institute.
Baca: Mengenal 4 Mentor Nasional Diplomat Success Challenge 12, Kompetisi Wirausaha yang Siap Digelar
Baca: Kompetisi Diplomat Success Challenge 12 Segera Digelar, Simak Manfaat dan Cara Mendaftarnya
Serta merupakan rangkaian aktivitas roadshow DSC 12, kompetisi wirausaha terdepan di Indonesia yang digelar oleh Wismilak Foundation yang sudah memasuki tahun ke-12.
Hadir juga Bayu Mahendra Saubig, Founder Tumbasin, yang merupakan alumni DSC 2018 untuk berbagi insight dalam berwirausaha di sektor ritel dan testimoni tentang program DSC.
Sektor ritel terus tumbuh dan berkembang di Indonesia.
Tercatat sektor ritel bertumbuh sekitar 8 persen tiap tahunnya.
Dari total 800 miliar USD nilai psaar ritel di Asia, Indonesia menghasilkan sebesar 300 miliar USD.
Diketahui, 70-80 persen nilai tersebut bersumber dari pengecer tradisional.
Peningkatan pertumbuhan ritel tradisional pun diperkirakan bertumbuh sebanyak 120 persen selama empat hingga lima tahun mendatang.
Meski pasar sektor ritel di Indonesia memiliki potensi yang luas untuk dieksplorasi, para pelaku usaha menghadapi tantangan yang tidak bisa diabaikan, yaitu transformasi ritel.
Derry Sakti, Co-Founder dan CCO Ula, mendorong pelaku UMKM di sektor ritel untuk menjadikan momentum pandemi agar mempercepat digitalisasi bisnisnya.
"Tantangan transormasi ritel di Indonesia mengubah habit masyarakat luas yang sejak dahulu terbiasa melakukan jual beli di pasar tradisional atau offline," ungkapnya.
"Kebutuhan transformasi inilah yang menarik pemain B2B e-commerce bermunculan untuk melayani kebutuhan konsumsi rumah tangga yang masih bertumpu pada offline. Salah satunya adalah Ula, startup e-commerce berbasis di Indonesia yang berfokus pada transformasi UMKM melalui teknologi,"
"Ula menawarkan kemudahan dalam transaksi secara digital, dan layanan yang tersedia di aplikasi. Seperti mendigitalisasi struktur rantai pasok, memudahkan pengelolaan stok, dan manajemen keuangan untuk UMKM." tambahnya.
Menurut Derry, dengan semakin banyak pelaku ritel offline bertransformasi mengadopsi teknologi melalui aplikasi Ula, pelaku ritel offline mampu meningkatkan produktivitas hingga 117 persen, dan mampu meningkatkan pendapatan hingga 165 persen.
Digitalisasi bukan lagi hal yang mewah, melainkan kebutuhan hal untuk berkembang bagi pelaku UMKM.
"Karena potensinya yang luar biasa tinggi dan juga transformasi yang belum optimal, banyak investor baru berinvestasi di bisnis startup B2B e-commerce. Sehingga ini menjadi peluang besar bagi calon wirausaha memulai bisnis maupun wirausaha untuk mengoptimalkan pasar sektor ritel.” jelas Derry