Pedagang kaki lima bahkan berhasil menghasilkan keuntungan, menjual bendera putih Taliban.
Tak ada pemasukan
Sementara itu, Kementerian pemerintah yang mempekerjakan ratusan ribu orang hampir tidak beroperasi.
Hal itu terjadi bahkan ketika Taliban telah mendesak beberapa untuk kembali bekerja.
Di luar Bank Nasional Afghanistan, ribuan orang berbaris dalam lima hingga enam barisan untuk menarik uang.
Taliban sendiri membatasi penarikan mingguan hingga 200 dollar AS (Rp 2,8 juta).
Noorullah, yang membuka toko perangkat keras selama 11 tahun, mengatakan tidak memiliki satu pelanggan pun sejak Taliban tiba pada 15 Agustus.
Dirinya pun tidak bisa membayar sewa tokonya.
“Bank-bank tutup. Semua orang yang punya uang lari dari negara ini,” katanya. "Tidak ada yang membawa uang ke sini."
Noorullah mengungkapkan, dia tidak memiliki kesempatan untuk pergi.
Jika ekonomi membaik, dia akan memilih untuk bertahan, bahkan dengan Taliban berkuasa.
"Saya lahir di sini. Saya tinggal di sini sepanjang hidup saya. Saya akan mati di sini," ujarnya.
Berkaca pada kehadiran militer AS selama 20 tahun belakangan, Noorullah mengatakan dia kecewa.
"Amerika tidak melakukan pekerjaan dengan baik di sini. Mereka membiarkan korupsi tumbuh sampai tidak ada yang tersisa.”
SIMAK ARTIKEL SEPUTAR KONFLIK AFGHANISTAN DI SINI