Informasi ini tentu saja menghebohkan media negeri tirai bambu tersebut.
Proyek pembuatan matahari artifisial tersebut diberi nama Reaktor Tokamak HL-2M.
Penelitian ini telah dimulai sejak tahun lalu, dan kini hasilnya sudah mulai nampak.
Diinformasikan oleh Oilprice, proyek yang ditenagai oleh nuklir tersebut berhasil menahan plasma bersuhu 120 juta derajad Celcius.
Bahkan matahari artifisial tersebut bisa bertahan selama dua menit.
Baca: Salahkan Israel atas Sabotase di Fasilitas Nuklir Natanz, Iran Bersumpah Akan Balas Dendam
Baca: Hari Ini dalam Sejarah: INF Treaty, AS dan Uni Soviet Sepakat Kurangi Jumlah Senjata Nuklir
Capaian terbaru Reaktor Tokamak HL-2M menjadi rekor baru dalam proyek pembuatan matahari artifisial.
Pasalnya pada percobaan sebelumnya, seperti yang diwartakan oleh media harian China Global Times juga sempat berhasil.
Namun saat itu matahari buatan bisa menyala selama 20 detik mempertahankan plasma pada suhu 160 juta deraja Celcius.
Pada akhir tahun 2020, Reaktor Tokamak HL-2M juga telah berhasil mempertahankan suku 100 derajad Celcius selama 100 menit.
Catatan percobaan-percobaan tersebut memang masih jauh dari harapan.
Oleh karena itu, profesor fisika dari Universitas Sains dan Teknologi di Shenzhen mengatakan akan kembali melakukan uji coba.
Nantinya Reaktor Tokamak HL-2M akan diuji coba apakah bisa mempertahankan suhu terbaru dalam sepekan.
Harapan baru energi tak terbatas di masa depan
Fusi nuklir memang tengah menjadi tren di era modern.
Manfaatnya diprakirakan bisa membantu umat manusia sebagai sumber energi baru.
Namun pada kenyatannya, saat ini untuk meneliti dan melakukan uji coba fusi nuklir, peneliti masih menggunakan sumber daya yang lebih banyak.
Tentu saja hal ini masih belum sebanding dengan harapan masa depan.
Tak hanya China, proyek serupa juga dikembangkan di Korea Selatan dan Rusia.
Rusia baru-baru ini melaporkan bahwa tokamak T-15MD yang mereka teliti juga telah menyala untuk pertama kalinya.