Ned Price dikatakan menyebut bahwa Korea Utara adalah 'negara paling represif dan totaliter di dunia'.
Price mengatakan bahwa Korea Utara saat ini memperketat perbatasan negara untuk mencegah pandemi Covid-19.
Namun, menurut Price, sebenarnya itu adalah dalih Korea Utara untuk mencegah warganya melakukan pembelotan.
"Ini menjadi tanda nyata bahwa mereka (AS) bersiap untuk bertarung habis-habisan dengan Korea Utara, ini juga menjadi jawaban jelas tentang bagaimana kami (Korea Utara) harus 'mendekati' pemerintahan AS era Biden," tegas pihak Kemenlu Korea Utara.
"Kementerian Luar Negeri Korea Utara mengecam keras provokasi dari AS sebagai manifestasi nyata atas kebijakan yang tidak bersahabat dan telah mencoreng citra serta kedaulatan Korea Utara," lanjutnya.
Korea Utara kembali memperingatkan bahwa AS pasti akan menyesal karena telah meremehkan dan menentang peringatan mereka.
Di sisi lain, pihak Kementerian Luar Negeri Korea Selatan memberi tanggapan positif atas permasalahan tersebut.
Permasalahan tersebut dianggap sebagai pengingat bahwa Seoul dan Washington harus segera melakukan perundingan denuklirisasi yang sebelumnya sempat macet.
"Di bawah koordinasi erat antara Korea Selatan - AS, pemerintah akan berusaha untuk segera melanjutkan upaya denuklirisasi di Semenanjung Korea dan membangun perdamaian abadi dengan dimulainya kembali dialog antara Korea Utara dengan AS," terang pihak Kemenlu Korea Selatan.
Baca: Meski Banyak Rakyat Korut yang Hidup Miskin, Kim Jong Un dan Ri Sol Ju Hidup Mewah: Punya 17 Istana
Baca: Korut Ancam Batalkan Perjanjian karena Pamflet Propaganda, Korsel: Kami Diam saat Mereka Uji Nuklir
Baca: Jika Kim Yo Jong Jadi Pemimpin Korea Utara, Pakar Militer Khawatir Bisa Lebih Kejam dari Kim Jong Un
Simak topik selengkapnya tentang Korea Utara di sini.