"Jaga jarak antara bangku bangku dan kursi, dan maksimal 18 peserta didik perkelas, yang biasanya 36 sekarang 50 persen jadi 18 ini," ucap Nadiem dalam konferensi pers virtual, Selasa (30/3/2021).
Sekolah, kata Nadiem, boleh menetapkan jumlah maksimal siswa selama tidak melebihi batas 50 persen.
Dalam satu kelas boleh dipecah hingga beberapa rombongan belajar. Penentuan waktu giliran penerapan pembelajaran tatap muka juga diserahkan kepada sekolah.
"Misalnya saya maunya dua hari dulu, baru minggu depannya ya atau bulan depannya, mulai tiga hari seminggu tatap muka. Bagi dua grup atau tiga grup itu diskresi masing-masing sekolah sesuai dengan kebutuhannya," tutur Nadiem.
Dirjen PAUD Dikdasmen Kemendikbud Jumeri menjelaskan mengenai durasi belajar di kelas.
"Satu kali PTM itu berlangsung tiga jam, yaitu misal jam tujuh sampai jam 10. Karena setiap rombongan belajar melakukan dua kali pertemuan dalam satu minggu, maka melakukan pembelajaran tatap muka di sekolah itu 6 jam seminggu," kata Jumeri.
Dengan demikian, jam masuk dibuat selang-seling dengan jeda beberapa menit. Langkah ini dilakukan agar siswa yang datang dan yang pulang tidak bertemu.
Melalui skema tersebut, masih ada hari bagi siswa belajar dari rumah. Oleh karena itu, kombinasi antara PTM terbatas dan PJJ akan tetap berjalan.
Sementara itu, Guru Besar Paru Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Profesor Tjandra Yoga Aditama mengatakan demi mencegah meluasnya Covid-19, jarak antarsiswa disarankan 1 meter dan aktivitas makan dan olahraga dilakukan di ruang terbuka.
Baca: Kakek Ini Pelihara Tuyul Selama 40 Tahun, Mampu Biayai Sekolah Anak hingga Sarjana dan Jadi Guru
Baca: Daftar Sekolah Kedinasan 2021, Berniat Mendaftar? Simak Persyaratan yang Dibutuhkan
Profesor Tjandra mengemukakan perlunya mengadopsi panduan dari Center of Disease Control (CDC) Amerika Serikat terkait sekolah tatap muka yang akan dimulai di Indonesia.
"Mereka baru saja perbarui panduan sekolah tatap muka pada 19 Maret 2021. Aturan ini berdasar perkembangan bukti ilmiah terbaru tentang kemungkinan berapa jarak penularan yang mungkin terjadi pada berbagai keadaan," ujar Prof. Tjandra dalam keterangannya, Selasa (30/3/2021).
Ia memaparkan panduan tersebut berisi pelaksanaan jaga jarak di sekolah.
Pertama, pada Sekolah Dasar, setidaknya 3 feet, sekitar 1 meter. Kemudian, untuk SMP dan SMA, murid harus jaga jarak setidaknya 1 meter.
"Jaga jarak seperti itu diberlakukan di daerah dengan penularan masyarakat rendah, sedang dan cukup. Pada area dengan penularan masyarakat tinggi maka jarak antar murid sebaiknya 6 feet atau 1.8288 meter," katanya.
Selanjutnya, jarak 6 feet atau 1,8 meter harus tetap dijaga antara orang dewasa (guru dan staf sekolah), antara orang dewasa dan murid di sekolah.
Jika masker tidak digunakan (misalnya ketika makan), pada keadaan dimana orang banyak mengeluarkan nafas seperti saat aktivitas menyanyi, berteriak, olahraga dan lain-lain, di ruang tertutup, ada baiknya kegiatan seperti ini dilakukan di ruang terbuka.
Juga dianjurkan agar barang-barang tidak penting dikeluarkan dari kelas dan dilakukan modifikasi di kelas untuk menjamin jaga jarak antar murid.
Tentu juga harus dihilangkan atau dikurangi interaksi yang tidak terlalu penting.
"Seperti makan pada saat yang sama, tamu yang datang ke sekolah juga harus dibatasi, yang amat perlu saja," ucap Tjandra.
Ia mengatakan, CDC Amerika juga memberi empat panduan lain seperti, perlu diatur jam giliran sekolah supaya tidak terlalu penuh murid di sekolah pada suatu waktu tertentu