"Banyak anak hilang, dan beberapa tidak dapat melarikan diri karena kawat berduri dipasang di kamp," katanya dalam sebuah pernyataan.
Baca: Warga Rohingya di Aceh Kabur ke Malaysia, Tinggalkan Kamp Penampungan Sementara
Baca: UNHCR Apresiasi Masyarakat Aceh Karena Selamatkan 300 Pengungsi Rohingya
John Quinley dari Fortify Rights, sebuah organisasi hak asasi yang bekerja dengan Rohingya, mengatakan dia telah mendengar laporan serupa, menambahkan pagar telah menghambat distribusi bantuan kemanusiaan dan layanan vital di kamp-kamp di masa lalu.
“Pemerintah harus menghapus pagar dan melindungi pengungsi,” kata Quinley.
"Saat ini telah terjadi sejumlah kebakaran besar di kamp-kamp termasuk kebakaran besar di bulan Januari tahun ini ... Pihak berwenang harus melakukan penyelidikan yang tepat atas penyebab kebakaran tersebut,” lanjutnya.
Itu adalah kebakaran ketiga yang menghantam kamp dalam empat hari, pejabat pemadam kebakaran Sikder, yang hanya menggunakan satu nama, mengatakan kepada AFP.
Dua kebakaran terpisah di kamp-kamp pada hari Jumat menghancurkan sejumlah tempat berlindung, kata para pejabat.
Baca: Simpatisan HRS Datang ke Pengadilan Sempat Terlibat Ricuh, Polisi Ancam Gelar Swab Test Massal
Dua kebakaran besar juga melanda kamp pada Januari, menyebabkan ribuan orang kehilangan tempat tinggal dan memusnahkan empat sekolah UNICEF.
Juru kampanye Amnesty International Asia Selatan, Saad Hammadi, men-tweet bahwa "frekuensi kebakaran di kamp-kamp itu terlalu kebetulan, terutama ketika hasil investigasi sebelumnya atas insiden tersebut tidak diketahui dan terus berulang".
“Tidak jelas mengapa insiden kebakaran ini terjadi berulang kali di kamp-kamp tersebut. Perlu penyelidikan yang tepat dan lengkap, ”kata pemimpin Rohingya Sayed Ullah.
Sementara itu, pemerintah mendorong para pengungsi untuk dipindahkan ke pulau terpencil di Teluk Benggala, dengan alasan permukiman itu terlalu ramai.
Sejauh ini, 13.000 Rohingya telah dipindahkan ke pulau rawan banjir, yang menurut para kritikus juga berada di jalur topan mematikan.
Baca artikel lain mengenai Rohingya di sini