Dia mengatakan keputusan itu akan tetap berlaku sampai EMA "menganalisis insiden pembekuan darah baru-baru ini, terutama selama akhir pekan".
Klarifikasi AstraZeneca
AstraZeneca mengatakan tidak ada alasan untuk khawatir dengan vaksinnya, yang diproduksi bersama dengan Universitas Oxford Inggris, dan bahwa ada lebih sedikit kasus trombosis yang dilaporkan pada mereka yang menerima suntikan dibandingkan pada populasi umum.
Peter Drobac dari Universitas Oxford mengatakan kepada Al Jazeera bahwa vaksin AstraZeneca telah melalui "uji klinis yang ketat" dan pembekuan darah tidak diidentifikasi sebagai masalah.
“Jeda keamanan, menurut saya ini tentu menjadi hak prerogatif regulator di negara-negara tersebut. Namun kami telah mendengar dari Organisasi Kesehatan Dunia, Badan Obat Eropa dan lainnya, bahwa pada titik ini manfaat vaksinasi jelas lebih besar daripada risikonya, ”kata Drobac.
Baca: Efek Samping Vaksin Covid-19 AstraZeneca Asal Inggris, Ternyata Sudah Disetujui BPOM
EMA dan WHO juga mengatakan data yang tersedia tidak menunjukkan vaksin menyebabkan pembekuan dan orang harus terus diimunisasi dengan suntikan tersebut.
WHO pada hari Senin meminta negara-negara untuk tidak menghentikan vaksinasi terhadap penyakit yang telah menyebabkan lebih dari 2,7 juta kematian di seluruh dunia.
Ilmuwan top badan kesehatan PBB menegaskan bahwa tidak ada kematian yang terdokumentasi terkait dengan vaksin COVID-19.
"Kami tidak ingin orang panik," kata Soumya Swaminathan, seraya menambahkan sejauh ini tidak ada hubungan antara apa yang disebut "peristiwa tromboemboli" yang dilaporkan di beberapa negara dan penembakan COVID-19.
Namun jaminan tersebut tampaknya tidak banyak membantu meredakan keraguan, dengan beberapa negara kini telah menghentikan sementara penggunaan vaksin AstraZeneca dalam beberapa hari terakhir.
Denmark, Norwegia, Irlandia, Belanda, Islandia, Bulgaria, Portugal, dan Slovenia termasuk di antara mereka yang menangguhkan penggunaan tembakan tersebut.
Sementara itu, Menkes RI Budi Gunawan Sadikin baru mengetahui bahwa vaksin Covid-19 AstraZeneca yang baru saja tiba di Indonesia akan kedaluwarsa pada Mei 2021.
"Sebenarnya AstraZeneca karena sudah datang biasanya ada 6 bulan sampai satu tahun, kita baru tahu ini expired date akhir Mei. Padahal dia suntikannya bedanya 9 sampai 12 minggu dan sampai sekarang juga masih menunggu lot rilis dari BPOM," kata Budi dalam rapat Kerja Komisi IX DPR yang ditayangkan kanal YouTube DPR, Senin, dikutip Kompas.com.
Pernyataan Budi pun diinterupsi oleh anggota Komisi IX DPR dari Fraksi PDI-P Rahmad Handoyo.
Ia mempertanyakan solusi yang akan dilakukan Kemenkes mengingat penggunaan vaksin AstraZeneca ditunda sementara waktu.
"Potensi kedaluwarsa sangat tinggi. Solusinya seperti apa?," tanya Rahmad.
Menurut Budi, vakin AstraZeneca yang telah didatangkan ke Indonesia akan digunakan sebagai vaksinasi tahap pertama.
"Rencana kami yang 1,1 juta ini (dosis vaksin AstraZeneca) akan kita gunakan sebagai vaksinasi pertama karena berikutnya akan datang lagi sekitar 3 juta tanggal 22 Maret dan 7 juta di tanggal 22 April," ujarnya.
Awalnya, Menkes Budi Gunadi menambahkan, penggunaan vaksin Covid-19 asal AstraZeneca ditunda sementara di Indonesia. Budi mengatakan, pihaknya masih menunggu hasil penelitian dari organisasi kesehatan dunia (WHO) terkait efek samping dari vaksin AstraZeneca tersebut.