Dilansir Tribunnews.com, Hakim meminta Gibran untuk berhenti belajar usai mengkritik gaya pidato perdana yang disampaikan Wali Kota Solo yang baru itu.
"Gibran harus belajar lebih spontan dalam komunikasi sosial politik. Lebih spontan, lebih banyak membuka diri, komunikasi dengan banyak orang," tuturnya.
Menurutnya, cara tersebut dapat dilakukan untuk meningkatkan kemampuan orasi Gibran ke depannya.
"Termasuk mengartikulasikan kata-kata, pesan yang natural dan enak. Itu akan memperkuat karakternya," ucapnya.
Sebelumnya, Abdul memberikan sorotannya kepada pidato perdana Wali Kota Solo yang baru, Gibran Rakabuming Raka.
Seperti diberitakan sebelumnya, Gibran resmi menjadi orang nomor satu di Kota Bengawan, Jum'at (26/2/2021).
Baca: Sudahkah Anda Membayar Utang Puasa Tahun Lalu? Simak Cara Mengqadha Puasa Ramadhan di Sini
Baca: Fakta Covid Arm, Efek Samping Setelah Vaksin Covid-19, Berbahayakah?
Usai dilantik, Gibran langsung memberikan pidato perdananya di gedung DPRD Kota Solo.
Abdul menyebut, gaya berpidato Gibran mirip dengan sang Ayah Presiden Jokowi.
"Dari segi gaya pidato, seperti Jokowi, tapi intonasi Gibran cenderung datar, tidak menggebu-gebu," paparnya.
Menurutnya, Gibran masih tampak berhati-hati dalam memilih kata-kata yang disampaikan.
Masih ada kekhawatiran dalam diri Gibran, kata Abdul, dalam menyampaikan isi pidatonya.
"Pemilihan kata sangat hati-hati dan kelihatan takut sekali, khawatir bila ada kesalahan pernyataan," ujarnya kepada TribunSolo.com.
Baca: Wasiat Yuni Shara Sebelum Meninggal Nantinya, Bisnis Batu Bara hingga Panci untuk Anaknya
Baca: 7 Kesalahan Menanam Bibit yang Sebabkan Tanaman Tidak Tumbuh dengan Baik
Terlebih, Gibran sempat 'blunder' dalam menyikapi permasalahan yang menimpanya.
Yakni terkait kasus bansos yang menyeret nama Mantan Menteri Juliari Batubara, misalnya.
Pernyataan Gibran terkait hal itu sempat menuai kontroversi di tengah masyarakat.
Penyampaian Gibran dalam pidato di momen pelantikannya, menurut Abdul masih terlihat kaku.
Satu poin yang menjadi perhatian dalam penyampaian tersebut yakni intonasi bicara Gibran.
"Intonasinya kurang emosional kelihat datar, walaupun berusaha mengeraskan suara saat menyampaikan hal penting. Kurang alamiah, agak terlihat kaku," tandasnya.