Pada Juli 2008, Nurdin Abdullah menjadi Guru Besar Ilmu Kehutanan Unhas melalui Surat keputusan Mendikbud Bambang Sudibyo.
Dia sudah berhak mengandang gelar profesor, sebulan menjelang pelantikannnya sebagai Bupati Bantaeng.
Meski sudah berhak menyandang gelar profesor, Nurdin Abdullah baru berkesempatan “meresmikan” gelar profesornya menjelang Pemilihan Gubernur (Pilgub) Sulsel tahun 2018, 15 November 2017.
Kala itu, Nurdin Abdullah menyampaikan orasi ilmiah pengukuhan guru besar di lantai 2 ruang senat Rektorat Unhas, Tamalanrea berjudul ’Integrasi Pembangunan Wilayah Hulu dan Hilir Sebagai Strategi Konservasi Tanah dan Air guna Peningkatan Kesejahteraan Masyarakat'.
Pada momen “peresmian gelar profesor" itu, Nurdin Abdullah sekaligus pamit sebagai dosen setelah mengabdi lebih dua dekade (1986-2008) dan meminta restu kepada dewan senat dan sivitas akademika Unhas untuk ikut kontestasi Pilgub Sulsel 2018.
Sejak itu pula, pelekatan gelar "Prof" di depan nama Nurdin Abdullah sebagai calon gubernur dipersoalkan sejumlah pihak.
Menyoal penggunaan gelar profesor bagi Nurdin Abdullah nyaris beriringan dengan pengusulan gelar profesor bagi Syahrul Yasin Limpo ( SYL) pada penghujung masa pengabdiannya sebagai Gubernur Sulsel dua periode, tahun 2008-2018.
Hingga, Kamis (4/4/2019) hari ini, gelar profesor kepada SYL itu tak kunjung kucur.
Pengusulan pengangkatan profesor kepada SYL itu sudah diusulkan secara resmi Fakultas Hukum Unhas kepada Rektor Unhas.
Proses pengangkatan SYL sebagai profesor masih berkutat pada Senat Universitas Unhas.
“Masih di tim khusus senat untuk memverifikasi usulan tersebut,” kata dosen Fakultas Hukum Unhas, Hasrul.
Baca: Viral Proyek Kamar Mandi Jongkok 2 Bilik Habiskan Rp 198 Juta, KPK Lakukan Penyelidikan
Menurut Nurdin Abdullah, gelar profesor itu karya bukan nama jalan.
Sekali seseorang menjadi profesor, sampai kapanpun akan dipanggil "Prof".
Bagi Nurdin Abdullah, gelar profesor lebih melekat ketimbang bupati dan gubernur (kepala daerah).
Menurutnya, bupati atau gubernur setelah masa jabatannya habis tidak lagi dipanggil sebagai Pak Bupati atau Gubernur.
"Kalau bupati ada masanya, tapi kalau profesor sampai kapan pun tetap Prof. Sampai kapan pun saya tetap Prof. Sama dengan jenderal-jenderal, sudah pensiun masih dipanggil ‘Siap Jenderal," kata Nurdin Abdullah menjelaskan.
Dia menilai, profesor bukan soal gelar, tapi karya.
Meski dia punya gelar, tapi tidak punya karya dan menyusahkan masyarakat, lebih bagus tidak punya titel.
Gelar bagi Nurdin Abdullah adalah perilaku.