Negara tetangga Kongo itu telah menghadapi beberapa wabah penyakit, dengan WHO pada Kamis mengkonfirmasi kebangkitan tiga bulan setelah pihak berwenang mengumumkan akhir dari wabah terbaru di negara itu.
Kongo, yang menyatakan epidemi enam bulan berakhir pada November, mengonfirmasi kasus keempat di provinsi Kivu Utara pada Minggu.
Penggunaan vaksinasi Ebola yang meluas, yang diberikan kepada lebih dari 40.000 orang, membantu mengekang penyakit tersebut.
Penyebaran 2013-2016 mempercepat pengembangan vaksin melawan Ebola, dengan persediaan darurat global sebanyak 500.000 dosis yang direncanakan untuk menanggapi wabah di masa depan dengan cepat, kata aliansi vaksin Gavi pada Januari.
Ebola, juga dikenal sebagai penyakit virus Ebola (EVD) atau demam berdarah Ebola (EHF), adalah demam berdarah virus pada manusia dan primata lain yang disebabkan oleh ebolavirus.
Virus ini jauh lebih mematikan dibanding beberapa virus lainnya, termasuk virus Covid-19.
Tanda dan gejala biasanya dimulai antara dua hari dan tiga minggu setelah tertular virus dengan demam, sakit tenggorokan, nyeri otot, dan sakit kepala.
Baca: Tak Hanya Terserang Pandemi Covid-19 dan Campak, Republik Demokratik Kongo Kini Hadapi Wabah Ebola
Muntah, diare, dan ruam biasanya mengikuti, bersamaan dengan penurunan fungsi hati dan ginjal.
Pada saat ini, beberapa orang mulai mengalami pendarahan baik secara internal maupun eksternal.
Penyakit ini memiliki risiko kematian yang tinggi, membunuh 25% hingga 90% dari mereka yang terinfeksi, dengan rata-rata sekitar 50%.
Hal ini sering kali disebabkan oleh tekanan darah rendah akibat kehilangan cairan, dan biasanya terjadi setelah enam hingga 16 hari setelah gejala muncul.
Virus menyebar melalui kontak langsung dengan cairan tubuh, seperti darah dari manusia yang terinfeksi atau hewan lain.
Dikutip wikipedia, penyebaran juga dapat terjadi dari kontak dengan barang yang baru saja terkontaminasi cairan tubuh.
Penyebaran penyakit melalui udara di antara primata, termasuk manusia, belum didokumentasikan baik dalam laboratorium maupun kondisi alam.
Air mani atau air susu ibu seseorang setelah pemulihan dari EVD dapat membawa virus selama beberapa minggu hingga berbulan-bulan.
Kelelawar buah diyakini sebagai pembawa normal di alam, mampu menyebarkan virus tanpa terpengaruh olehnya.
Baca: Wabah Ebola Kembali Muncul di Kongo di Tengah Pandemi Covid-19, Bagaimana Gejala dan Penyebarannya?
Penyakit lain seperti malaria, kolera, demam tifoid, meningitis, dan demam berdarah akibat virus lainnya mungkin menyerupai EVD.
Sampel darah dites untuk mengetahui RNA virus, antibodi virus atau virus itu sendiri untuk memastikan diagnosis.
Pengendalian wabah membutuhkan layanan medis yang terkoordinasi dan keterlibatan komunitas.