Namun, laporan UNB menyatakan bahwa Rohingya di kamp-kamp yang penuh sesak di Cox's Bazar Bangladesh sangat gembira atas berita jatuhnya Suu Kyi.
Laporan serupa juga muncul di media Bangladesh lainnya.
Pihak berwenang Bangladesh sendiri telah menyerahkan daftar 840.000 Rohingya ke Myanmar untuk verifikasi kewarganegaraan, tetapi hanya 5% dari mereka, atau 42.000, yang telah diverifikasi oleh Myanmar dan hampir tidak ada yang dapat kembali karena masalah keamanan yang masih ada, menurut asiantimes.com.
Bangladesh, yang takut akan radikalisasi di antara para pengungsi muda yang gelisah dan aktivitas geng kriminal di antara mereka, hingga kini telah memindahkan 5.300 pengungsi dari kamp-kamp yang penuh sesak dan padat di dekat Cox's Bazar ke Bhasan Char.
Sementara para analis yang berbasis di Yangon berpendapat, bahwa sebagian dari tipu muslihat militer mengatakan mereka yang menentang pengambilalihan militer dan kebijakannya dapat dicap "rasis" atau "Islamofobia".
Termasuk jika mereka mencela militer karena menyarankan pemulangan komunitas yang menurut mayoritas warga Myanmar merupakan imigran ilegal dari Bangladesh.
Mengenai peran China, Bangladesh telah menggantungkan harapannya pada bantuan Beijing untuk menemukan solusi bagi krisis pengungsi.
Menteri Luar Negeri bangladesh, Abdul Momen, berbicara kepada wartawan Bangladesh pada 3 Februari, “Kami memiliki kepercayaan di China. Mereka telah maju untuk mengambil inisiatif dan beberapa kemajuan telah dibuat."
Artikel ini telah tayang di Intisari Online dengan judul Sejak Gulingkan Pemerintahan Sipil, Pejabat Militer Myanmar Sambangi Pengungsi Rohingya Bahkal Lakukan Hal Ini, Benarkah Militer Penyelamat atau Hanya Cari Muka Saja?