China Heran, Jokowi Himpun Dana untuk Pembangunan Besar-besaran, tapi Berani Kecualikan Tiongkok

Penulis: Ahmad Nur Rosikin
Editor: Melia Istighfaroh
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

ILUSTRASI - Presiden Joko Widodo didampingi Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Siti Nurbaya (kiri), Menteri PUPR Basuki Hadimuljono (dua kiri), Sekretaris Kabinet Pramono Anung (tiga kiri), Mendagri Tito Karnavian (tiga kanan), dan Bupati Penajam Paser Utara Abdul Gafur Mas'ud (dua kanan) berbincang saat meninjau progres persiapan pembangunan Ibu Kota baru di kawasan Kelurahan Pemaluan, Sepaku, Penajam Paser Utara, Selasa (17/12/2019). Hari ini Presiden Jokowi meresmikan beroperasinya Tol Balikpapan-Samarinda yang akan menjadi jalur penghubung utama menuju Ibu Kota baru RI.

TRIBUNNEWSWIKI.COM - Media China dibuat heran dengan Presiden Joko Widodo.

Pasalnya, China tak masuk dalam daftar investor untuk program pembangunan besar-besaran Jokowi.

Indonesia dikatakan sedang dalam proses meluncurkan dana baru untuk proyek pembangunan ambisius.

Dilansir Intisari Online, South China Morning Post memberitakan pada Senin (8/2/21), dana baru yang disebut Indonesia Investment Authority (INA), sedang dihimpun Indonesia.

Dana ini akan digunakan untuk proyek infrastruktur ambisius Presiden Jokowi, untuk pembangunan jalan, pelabuhan, jembatan dan bandara.

Jakarta berencana menghimpun dana untuk INA, yang diharapkan beroperasi pada kuartal pertama tahun ini.

Dengan modal awal 5 miliar dollar AS (Rp70 triliun), di mana 1 miliar dollar AS (Rp14 triliun) berasal dari APBN.

Sisanya, 4 miliar dollar AS (Rp56 triliun), akan diperoleh dari pengaluhan ekuitas dan aset perusahaan milik negara.

Diharapkan Indonesia akan memiliki dana untuk INA hingga 20 miliar dollar AS (Rp280 triliun).

Lima organisasi pengelola dana asing telah berjanji atau menjamin untuk menginvestasikan sejumlah 9,8 miliar dollar AS untuk INA.

Tetapi dari jumlah tersebut, tidak ada organisasi atau perusahaan Tiongkok sebagai investor.

Baca: Bantuan Covid Diambil Lagi Diduga untuk Pembangunan Masjid, DPRD Cianjur Panggil Kepala Desa

Baca: Viral Proyek Jembatan Bambu di Ponorogo Habiskan Rp 200 Juta, Pemkab: Pembangunan Belum Selesai

ILUSTRASI - Foto udara kawasan proyek reklamasi Teluk Jakarta (bawah) di Pantai Utara Jakarta, Selasa (5/12/2017). Pemerintah pusat resmi mencabut penghentian sementara (moratorium) pembangunan Pulau C, D, dan G Reklamasi Teluk Jakarta pada 5 Oktober 2017, dengan demikian pembangunan reklamasi Teluk Jakarta dilanjutkan. TRIBUNNEWS/IRWAN RISMAWAN (TRIBUNNEWS/IRWAN RISMAWAN)

Menurut Kevin O'Rourke, analis politik dan kebijakan di Indonesia, fakta bahwa China dikecualikan dari daftar investor untuk dana INA menimbulkan kecurigaan.

Indonesia berusaha menghindari investasi di China karena kekhawatiran bahwa Beijing dapat mengontrol infrastruktur vital Jakarta.

"Ada asumsi bahwa alasan yang mendasari Indonesia berusaha untuk mempertahankan operasi infrastruktur milik negara adalah ketakutan bahwa Beijing akan 'mengambil alih' infrastruktur. Salam," kata O'Rourke.

Menurut Badan Penanaman Modal Indonesia (BKPM), China merupakan investor asing terbesar kedua pada tahun 2020, dengan jumlah investasi sebanyak 4,8 miliar dollar AS (Rp67 triliun).

Setelah China diikuti oleh Hong Kong dan Jepang dengan nilai masing-masing sebesar 3,5 miliar dollar AS (Rp49 triliun) dan 2,6 miliar dollar AS (Rp36 triliun).

Singapura menempati peringkat pertama dengan 9,8 miliar dollar AS (Rp137 triliun).

Baca: Bermula dari Twitter, Susi Pudjiastuti Dituding Lawan Presiden Jokowi, Eks Menteri KKP Klarifikasi

FOTO HANYA ILUSTRASI - Pembangunan RS khusus pasien virus Corona di Pulau Galang. (Dokumen Kementerian PUPR)

Dari 2015 hingga kuartal ketiga 2020, investasi China di Indonesia meningkat tajam.

Termasuk lebih dari 10.000 proyek mulai dari proyek infrastruktur hingga operasi pertambangan.

Oleh karena itu, fakta bahwa tidak ada investor China di dana INA dianggap suatu kejutan.

Halaman
12


Penulis: Ahmad Nur Rosikin
Editor: Melia Istighfaroh
BERITA TERKAIT

Berita Populer