"Faktanya, mereka mengidentifikasi mereka sebagai teroris, dan mereka tidak memberikan hak-hak mereka berdasarkan hukum internasional, dan di bawah hukum humaniter, sebagai pengungsi."
"Dan kami melihat hal itu terus berlanjut. Mereka melihat Muslim Rohingya sebagai masalah, bukan sebagai orang yang tertindas sehingga mereka perlu didukung pada saat yang dibutuhkan ini," pungkasnya.
Kamp pengungsian menjadi penuh sesak sejak Agustus 2017, ketika Muslim Rohingya mulai meninggalkan rumah mereka di Negara Bagian Rakhine menyusul gelombang serangan oleh tentara Myanmar dan gerombolan Buddha.
Ratusan ribu Muslim dirobohkan dengan kekerasan pada bulan-bulan berikutnya, didorong oleh tindakan keras militer yang brutal.
Baca: Pengadilan Tinggi Malaysia Bebaskan 27 Pengungsi Muslim Rohingya dari Hukuman Cambuk
Baca: Rohingya
Tindakan itu telah membunuh ribuan dari mereka.
Apa yang terjadi pada Agustus 2017 begitu mengerikan sehingga PBB menyebutnya genosida.
Mereka yang selamat dari pembunuhan brutal mencari perlindungan di Bangladesh dan negara-negara tetangga, berharap suatu hari bisa pulang.
Tetapi untuk saat ini tampaknya ribuan dari mereka harus melakukan perjalanan berbahaya lainnya.
Baca: Gambia Resmi Laporkan Myanmar ke Mahkamah Internasional: Ada Dugaan Pembunuhan Warga Muslim Rohingya
Rohingya adalah etnis minoritas paling teraniaya di dunia yang dihantui oleh masa lalu, dan masa depan yang juga tak menentu.
Undang-undang kewarganegaraan tahun 1982 mencabut kewarganegaraan mereka, menjadikan mereka salah satu komunitas tanpa kewarganegaraan terbesar di dunia.
Meski Eksodus ke Bangladesh terus berlangsung sejak tahun 1970-an, tidak ada yang secepat dan masif seperti yang terjadi pada Agustus 2017 yang menyoroti krisis Rohingya di seluruh dunia.
Baca: Kasus Positif Covid-19 Pertama Terkonfirmasi di Kamp Pengungsi Rohingya di Bangladesh
Baca: Tolak Dakwaan Lakukan Genosida Etnis Rohingya, Aung San Suu Kyi Di Bawah Pengaruh Militer?
Ada pembicaraan tentang pemulangan Rohingya selama beberapa tahun terakhir, tetapi hingga hari ini tidak ada yang terjadi.
Alasan utama kurangnya tindakan ini adalah karena pemerintah Myanmar selalu tidak mau menerima para pengungsi, meskipun Bangladesh berulang kali mendorong keras untuk memulai repatriasi.
Tetapi Myanmar telah menunda pemulangan dengan mengatakan bahwa perlu lebih banyak waktu untuk pengaturan logistik.
Sumber: Press TV