China dan Myanmar telah lama menikmati hubungan ekonomi dan diplomatik yang erat.
Beijing adalah salah satu dari sedikit sumber investasi asing di Myanmar setelah Barat memberlakukan sanksi perdagangan dan keuangan pada akhir 1980-an.
Pada tahun 2010, Myanmar menerapkan serangkaian reformasi politik dan ekonomi, termasuk pembebasan pemimpin Suu Kyi setelah 15 tahun menjalani tahanan rumah.
Sanksi Barat juga telah dikurangi, dan Myanmar telah menarik arus masuk investasi asing yang signifikan, terutama dari China, Jepang, Korea Selatan, dan negara-negara Asia Tenggara.
Baca: UNHCR Apresiasi Masyarakat Aceh Karena Selamatkan 300 Pengungsi Rohingya
Baca: Pengadilan Tinggi Malaysia Bebaskan 27 Pengungsi Muslim Rohingya dari Hukuman Cambuk
Tetapi investor China tersandung pada tahun 2011 ketika proyek pembangkit listrik tenaga air Myitsone senilai 3,6 miliar dollar AS yang didukung Beijing ditangguhkan karena masalah lingkungan.
"Sejak itu, investor China kurang tertarik berinvestasi di Myanmar," kata Yin.
Menurut Departemen Umum Investasi dan Manajemen Myanmar, negara Asia Tenggara ini menerima investasi sebesar 4,35 miliar dollar AAS dari China antara tahun 2011 dan 2012.
Namun angka ini turun tajam menjadi hanya 231 juta dollar AS pada tahun fiskal berikutnya.
Artikel ini telah tayang di Intisari dengan judul China Rugi Besar! Kudeta yang Dilakukan Militer Myanmar Justru Membuat Sejumlah Perjanjian dengan China Ini Terancam Gagal