Dari hasil pemeriksaan sementara, seaglider ini terbuat dari bahan alumunium.
Benda ini juga memiliki kerangka dua sayap dengan diameter masing-masing berukuran 50 sentimeter.
Sementara, panjang tubuhnya sendiri berukuran 225 sentimeter dan mempunyai antena sepanjang 93 senitemer.
Di bagian tubuh seaglider ini juga ditemukan instrumen mirip kamera.
Yudo juga mengatakan, seaglider ini hampir serupa dengan argo float yang cara kerjanya diturunkan menggunakan kapal survei.
Ketika sudah diturunkan, seaglider mampu menembus kedalaman air hingga 2.000 meter selama enam jam dengan kecepatan sekitar 1.000 knot.
Baca: Peringatkan China, AS Kerahkan Drone dan Pesawat Tak Berawak: Potensi Tempur di Laut China Selatan?
Baca: Jet Tempur Buatan Prancis Tiba di India, Menhan: Bisa Bikin Khawatir Pengancam Integritas Wilayah
Saat terbawa arus, seaglider ini juga mampu melayang di kedalaman air hingga sembilan hari.
Sedangkan, daya energi seaglider ini adalah oli yang umumnya diisi dari reservoir.
Ketika beroperasi, seaglider ini juga bisa merekam suhu salinitas hingga 12 jam.
Ketika muncul ke permukaan air, seaglider dapat mengirim data langsung ke satelit.
"Dia akan naik dan kirim data melalui satelit," terang Yudo.
Dari hasil pemeriksaan sementara, kata Yudo, tidak ada ciri-ciri tulisan yang menjadi penanda negara pembuat seaglider tersebut.
"Jadi tidak ada tulisan apa pun di sini. Kami tidak rekayasa, bahwa yang kami temukan seperti itu masih persis seperti yang ditemukan nelayan tersebut kita bawa ke sini (Jakarta)," kata KSAL.
Sebagai upaya untuk mengungkap asal-muasal seaglider ini, Yudo telah memerintahkan Pushidrosal untuk terus meneliti hingga mengantongi negara mana yang mengirimkan benda ini ke perairan Tanah Air.
"Saya beri waktu satu bulan Pak Kepala Pushidrosal untuk bisa menentukan atau membuka hasilnya biar ada kepastian," kata Yudo.
Baca: Bantah Klaim Jadi Ancaman Demokrasi, China Sebut Kepala Intelijen AS Munafik
Baca: Prabowo Ditunjuk Memimpin Proyek Lumbung Pangan, Jokowi: Pertahanan Bukan hanya Urusan Alutsista
Yudo mengatakan, dalam upaya mengungkap temuan tersebut, pihaknya juga mempersilakan Pushidrosal bekerja sama dengan kementerian dan lembaga terkait.
Di samping itu, eks Panglima Komando Gabungan Wilayah Pertahanan I (Kogabwilhan I) ini mengungkapkan, bahwa seaglider sejauh ini hanya dimiliki sejumlah negara.
Antara lain, China, Amerika Serikat, Perancis, Kanada, hingga Jepang.
Akan tetapi, pihaknya hingga kini masih belum bisa menyimpulkan siapa pemilik seaglider.