Dalam siaran Breaking News Kompas TV (12/1/2021), Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana, Doni Monardo mengunjungi daerah longsor di Desa Cihanjuang, Sumedang, Jawa Barat.
Dalam kunjungannya, ia meminta warga setempat untuk bersedia direlokasi dan tidak tinggal di lokasi yang dekat dengan daerah tanah longsor, sampai keluarnya hasil kajian mengenai kelayakan rumah.
Nantinya pemerintah daerah Sumedang juga menyediakan lahan desa untuk warga yang terkena dampak tanah longsor.
Baca: Viral, Jenazah Ditandu Puluhan Kilometer Tembus Belantara dalam Gelap Malam, Tak Ada Ambulans
Badan Nasional Penanggulangan Bencana dan pemerintah provinsi Jawa Barat, juga memberikan bantuan dana secara tunai dalam penanggulangan tanah lonsor di kabupaten Sumedang.
Wakil Bupati Sumedang, Erwan Setiawan, mengungkapkan, ia tidak pernah memberikan izin kepada warga untuk tinggal di daerah rawan longsor tersebut.
"Tidak pernah kami mengeluarkan izin satupun bahkan saya memerintahkan, tolong hentikan dulu semua izin yang rawan bencana," ucap Erwan.
Kabupaten Sumedang Jawa Barat tercatat telah beberapa kali mengalami bencana longsor dan memakan korban jiwa.
Pada 20 September 2016 tercatat ada 2 kali longsor.
Longsor pertama terjadi di Desa Ciherang, Sumedang Selatan, menewaskan 3 orang dan 2 orang terluka.
Longsor kedua terjadi di tebing tanah jalan Cadas Pangeran, pada 6 Maret 2020 yang mengikis halaman rumah bagian depan milik warga.
Pada 6 Maret 2019 kembali terjadi di kecamatan Jatinunggal, Sumedang. Material longsor menutup jalan hingga 10 meter.
Longsor tersebut menutupi jalan penghubung dua desa.
Koordinator Mitigasi Gerakan Tanah PVMBG, menyampaikan, Desa Jihanjuang, Sumedang masih berpotensi mengalami longsor susulan.
Ada 3 potensi yang bisa membuat longsor terjadi.
Diantaranya, perumahanan di jalur cekungan, pelapukan tanah dan kestabilan lokasi. Karakter tanah di lokasi longsor mudah retak dan longsor.
Tim dari PVMBG akan menganalisis lebih lanjut mengenai karakter tanah di lokasi longsor itu.