Kontroversi Dokter China Sebut 1 Jenis Vaksin Covid-19 dari Negaranya 'Tidak Aman': 73 Efek Samping

Penulis: Haris Chaebar
Editor: haerahr
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Ilustrasi vaksin Covid-19. Seorang dokter di China memicu kontroversial setelah menyebut satu Jenis vaksin Covid-19 dari negaranya 'tidak aman' karena memiliki 73 efek samping.

Hanya, Mesa Biotech mengatakan, alat uji virus corona buatan mereka akan mentolerir variasi genetik yang disajikan oleh strain baru dan seharusnya tidak berdampak pada kinerja alat.

Inggris menyebutkan pada Desember lalu, tes aliran lateral cepat yang dikerahkan dalam program pengujian massal di negara mereka bisa mengidentifikasi varian baru virus corona.

Sudah masuk Indonesia?

Mutasi virus corona yang dinamakan B.1.1.7 diduga sudah masuk ke Indonesia.

Dilaporkan berasal dari Inggris, mutasi corona ini memiliki tingkat penularan yang lebih tinggi. 

Dugaan ini diperkuat dengan lamanya jeda kemunculan mutasi B.1.1.7 dengan diambilnya kebijakan larangan masuknya WNA oleh pemerintah Indonesia.

Kemunculan mutasi itu sudah diberitakan sejak September tahun lalu, sedangkan pemerintah baru melarang masuknya WNA pada 1 Januari 2021.

Hal ini dikatakan oleh Riza Arief Putranto, peneliti genomik molekuler dari Aligning Bioinformatics dan anggota konsorsium Covid-19 Genomics UK.

Jeda waktu selama 3-4 bulan itu memungkinkan sejumlah orang yang bepergian dari Inggris lalu masuk ke Indonesia dan terinfeksi mutasi virus tersebut.

Karena itu, kebijakan pemerintah menutup pintu masuk ke Indonesia bagi seluruh WNA sejak 1 hingga 14 Januari dinilai tak cukup untuk mencegah masuknya mutasi virus corona tersebut.

Baca: Sederet Fakta Tentang Jack Ma, Miliarder yang Dikabarkan Hilang Setelah Kritik Pemerintahan China

”Saat ini penting untuk memikirkan mitigasinya, bukan hanya pencegahannya,” kata Riza.

Adapun untuk menemukan varian baru ini diperlukan surveilans genomik.

Sejauh ini surveilans genomik di Indonesia masih sangat kurang sehingga bisa jadi virus ini sudah ada di Indonesia, tetapi belum terdeteksi.

Wakil Kepala Lembaga Biologi Molekuler Eijkman Herawati Supolo Sudoyo mengatakan untuk mendeteksi keberadaan varian baru B.1.1.7 ini harus dilakukan analisis pengurutan total genomnya.

Menurut Herawati, varian baru ini memiliki 17 mutasi dan 6 di antaranya di protein spike (paku).

”Kalau analisis PCR biasa hasilnya bisa tidak konklusif, jadi tidak ada jalan lain selain WGS (whole genome sequencing),” katanya.

Sementara itu untuk menganalisis sekunes genom, membutuhkan biaya tidak murah. Menurut Herawati, untuk 20 spesimen saja butuh biaya sekitar Rp 300 juta atau sekitar Rp 15 juta per spesimen.

Ilustrasi virus corona (Pixabay/Tumisu)

”Sejauh ini Eijkman telah melakukan analisis WGS 40 genom, dan menargetkan melakukan analisis terhadap 1.000 spesimen,” katanya.

Herawati mengatakan Kementerian Kesehatan berencana meningkatkan kapasitas surveilans genomik ini dengan menggandeng sejumlah laboratorium di bawah Litbang Kementerian Kesehatan.

Sementara Eijkman dan sejumlah laboratorium molekuler perguruan tinggi di bawah koordinasi Kementerian Riset dan Teknologi.

Halaman
1234


Penulis: Haris Chaebar
Editor: haerahr
BERITA TERKAIT

Berita Populer