Kritik juga kecaman datang dari anggota dewan oposisi pemerintah dan sejumlah aktivis.
Mereka menyebut pemerintah Jepang lamban dalam mengatasi dampak corona.
Khususnya, mereka mengkritik pemerintah terlalu lambat dalam menghentikan kampanye wisata ke Jepang, yang justru malah mendorong pembukaan perjalanan dan mengeluarkan kampanye diskon akomodasi, sementara kasus corona terus tumbuh dalam empat hari terakhir.
Adapun penghitungan harian kasus Covid-19 mencapai rekor dalam empat hari berturut-turut, yakni sebanyak 2.508 warga terinfensi.
Baca: Prakiraan Cuaca BMKG Senin 23 November 2020: Mamuju & Pontianak Waspada Hujan Petir Siang-Malam Hari
Baca: Ketegangan dengan China Memanas, Australia Merapat ke Jepang
Laporan Departemen Kesehatan itu juga menyebut angka kematian akibat Covid-19 mendekati 150.000 kasus dengan kematian mencapai 1.942 jiwa, menurut data John Hopkins.
Sebagaimana diwartakan Associated Press, Minggu (22/11), PM Jepang Yoshihide Suga mengumumkan kebijakan tersebut pada Sabtu (21/11), di mana banyak wisatawan diperkirakan telah membuat reservasi perjalanan untuk akhir pekan Thanksgiving di Jepang.
Bandara dan restoran terpantau penuh sesak.
Sejumlah anggota oposisi dan aktivis publik mengatakan pemerintah Jepang seharusnya berani membayar untuk membatalkan reservasi wisatawan.
Oposisi juga mendorong pemerintah untuk meningkatkan tes massal kepada warga, jika ingin menjaga perekonomian tetap berjalan di tengah pandemi.
Baca: Jumlah Angka Infeksi Covid-19 di Amerika Serikat Tembus 12 Juta Kasus, Vaksin Siap Disebarkan
Baca: Hari Ini dalam Sejarah 22 November 1900: Mobil Mercedes yang Pertama Diuji Coba Perdana
Sebagai informasi, di tengah meningkatnya kasus corona, Jepang membuat video tutorial tentang cara makan dan minum yang benar di restoran sesuai protokol kesehatan.
Otoritas China melakukan tes Covid-19 massal di sejumlah wilayah serta menutup sekolah setelah ditemukan tiga kasus baru virus corona dalam 24 jam terakhir.
Adapun petugas melaporkan kasus infeksi berada di dua Provonsi Mongolia Dalam (sebuah wilayah otonomi khusus Republik Rakyat Tiongkok) dan satu lagi di wilayah Shanghai.
Sebuah kota di Mongolia Dalam, yakni Manzhouli akan mulai melakukan tes massal untuk warganya pada Minggu (22/11), sehari setelah kasus ditemukan.
Kota tersebut juga akan menutup sementara bangunan sekolah dan sejumlah tempat umum.
Otoritas wilayah yang masih berada dalam China tersebut juga mengumumkan kepada warganya agar tidak mengadakan aktivitas pada malam hari.
Baca: Hari Ini dalam Sejarah 22 November 1900: Mobil Mercedes yang Pertama Diuji Coba Perdana
Baca: Bocah 8 Tahun di Nunukan Kalimantan Utara Kebiasaan Mencuri, Tercatat Puluhan Kali dalam 2 Tahun
Sementara itu di Shanghai, satu kasus Covid-19 ditemukan setelah pemerintah daerah melakukan tes massal terhadap 15.416 orang belakangan ini.
Meski Shanghai tidak menutup sekolah, tetapi otoritas setempat membatasi sejumlah fasilitas umum, seperti rumah sakit.
Lebih jauh lagi, Shanghai juga melakukan tes massal untuk warganya yang berada di Distrik Pudong New Area.