Hal ini kemudian menimbulkan anggapan dari warganet bahwa Saddil Ramdani rela bermain sepak bola tarkam.
"Pemain tarkam, mental tempe," tulis @oza_oblay.
"Main tarkam bisa buat beli kuota," tulis @slwdnaan.
"Pemain timnas main di tarkam lapangan kolam lele, memalukan," tulis @gila_bola45.
Masih banyak komentar-komentar bernada negatif serupa yang ditemui di kolom komentar Saddil.
Sejak Liga 1 2020 tidak digulirkan karena pandemi Covid-19, Saddil Ramdani yang pernah bermain di Liga Malaysia ini fokus untuk membentuk tubuh.
Bahkan winger 21 tahun itu sempat menurunkan badan untuk meningkatkan massa otot.
"Senin sampai Sabtu latihan di gym terus, sudah tiga minggu, ada program mau menguruskan badan supaya ada peningkatan ototnya," kata Saddil, dilansir dari laman resmi Bhayangkara FC Juli 2020.
"Dari berat 69 ke 65 kg. Sebenarnya sudah ideal, tapi saya mau coba lebih bagus lagi. Saya lakukan ini biar nanti tidak terlalu kaget dan ketika balik ke klub ada perubahan sedikit, lebih padat lagi ototnya," tambahnya.
Sebenarnya semua program yang dilakukan Saddil berkaitan dengan rencana bergulirnya kembali Liga 1 2020, yang seharusnya digelar pada 1 Oktober 2020.
Baca: Pulih Cedera dan Disebut Akan ke FC Utrecht, Bagus Kahfi Tak Ikut TC Timnas Indonesia U-19, Mengapa?
“Itu sebelum dengar liga mau bergulir lagi Saddil sudah lakuin itu (program latihan mandiri), biar nanti ketika kembali ke klub tidak terlalu kaget. Dan pengennya nanti ketika balik ke klub ada perubahan sedikit. Perubahan massa otot lebih ada, lebih padat lagi gitu,” ujarnya.
Namun rencana Saddil buyar lantaran PSSI memastian kompetisi Liga 1 2020 ditunda hingga Februari 2021.
Dalam penampilannya hingga pekan ke-3 Liga 1 2020, Saddil bermain dalam 3 laga bersama Bhayangkara dengan total menit bermain 229 menit.
Namun, Saddil belum mampu mempersembahkan kemenangan bagi The Guardian karena seluruh laga berakhir dengan skor imbang.
Selain persoalan tarkam, Saddil Ramdani juga beberapa kali mendapat sorotan karena kasus penganiayaan beberapa waktu lalu.
Tak hanya gila melakukan latihan fisik di waktu senggang, pola makan Ronaldo jugalah yang membuat dirinya tetap bermain prima di pentas papan atas kulit bulat.
Di usia ke-35, permainan Ronaldo masih sangat baik dan semua itu juga berkat ditunjang dengan pola makan yang sangat ia jaga.
Namun, hal berbeda terjadi dengan perilaku pesepak bola di Indonesia.
Pentingnya menjaga pola makan sepertinya belum menjadi budaya yang lazim di kalangan pesepak bola tanah air.
Baca: Viral Dihujat Netizen Terkait Menu Makanan Buruk untuk Atlet, Bek Persebaya Hansamu Yama Buka Suara